Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr M Subhan SD
Direktur PolEtik Strategic

Direktur PolEtik Strategic | Founder Mataangindonesia Social Initiative | msubhansd.com | mataanginsaguling.com

Hikmah Ramadhan: Egalitarianisme

Kompas.com - 19/05/2020, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

JAUH sebelum doktrin persamaan (egalite) dikumandangkan dalam Revolusi Perancis 1789, prinsip itu sudah diwarisi lama dalam tradisi Islam. Semua orang setara.

Kalangan elite atau rakyat jelata, tidak ada pembedaan perlakuan. Kasus ini dapat ditelusuri tatkala Rasulullah SAW sibuk berdakwah pada masa awal-awal Islam.

Suatu waktu, Nabi Muhammad SAW melakukan pertemuan dengan para pembesar Quraisy. Di antaranya Utbah bin Rabiah, Abu Jahal ibnu Hisyam, dan Abbas ibnu Abdul Muttalib, Umayah bin Khalaf, dan Walid bin Mughirah.

Nabi Muhammad SAW begitu serius berbicara dengan mereka, karena Nabi sangat berharap mereka masuk Islam. Tiba-tiba, sedang seriusnya pembicaraan, datanglah Abdullah bin Ummi Maktum, sahabat yang tunanetra.

Baca juga: Hikmah Ramadhan: Manusia dan Bumi Restart Ulang

Ketika penyebaran Islam masih sembunyi-sembunyi, Abdullah sudah beriman. Ia adalah sepupu Khadijah binti Khuwailid, istri nabi.

Abdullah langsung menyela pertemuan, menanyakan suatu masalah yang ingin segera jawabannya.

Padahal Nabi serius sekali memberi penjelasan kepada para pembesar Quraisy itu. Kontan saja, kedatangan Abdullah mengganggu pertemuan.

Nabi pun cuek saja dan tetap berbicara dengan para pembesar itu. Sampai raut wajah Nabi pun berubah masam atau cemberut.

Namanya Nabi, Allah langsung memberi teguran. Sepulang dari pertemuan itu, turunlah wahyu Al Quran surat Abasa:

Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling; karena seorang buta telah datang kepadanya (Abdullah bin Ummi Maktum); dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa); atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (pembesar-pembesar Quraisy); maka engkau (Muhammad) memberi perhatian kepadanya; padahal tidak ada (cela) atasmu kalau dia tidak menyucikan diri (beriman)". (QS Abasa: 1-7).

Allah mengingatkan Nabi SAW dengan cara yang indah: “Sekali-kali jangan (begitu)! Sungguh, (ajaran-ajaran Allah) itu suatu peringatan". (QS Abasa: 11).

Islam mengajarkan semua manusia itu setara. Bukan tergantung status sosial, jabatan, atau kekayaannya.

Baca juga: Hikmah Ramadhan: Hakikat dan Keutamaan Ramadhan di Situasi Pandemi

Inilah prinsip egalitarianisme. Semua diperlakukan sama. Spirit kesetaraan ini alangkah indah bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Seringkali dijumpai, “orang-orang atas” ingin mendapatkan privilese, lebih dari orang lain. Jangan mentang-mentang pejabat atau orang kaya, merasa boleh melewati bahu jalan tol, misalnya.

Atau banyak mobil pribadi yang menggunakan sirine dan rotator (strobo), meskipun melanggar UU No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Padahal, “Allah memerintahkan Rasulullah SAW agar tidak mengkhususkan pemberian peringatan itu hanya kepada seseorang saja, tetapi hendaklah bertindak sama, antara orang mulia, orang lemah, orang miskin, orang kaya, orang terhormat, hamba sahaya, laki-laki, perempuan, anak-anak, dan orang-orang dewasa,” tulis Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Ramadhan
Ramadhan Momentum Mengenalkan 'Halal Lifestyle' bagi Anak

Ramadhan Momentum Mengenalkan "Halal Lifestyle" bagi Anak

Ramadhan
Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Ramadhan
'Ekspedisi Batin' Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

"Ekspedisi Batin" Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

Ramadhan
Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Ramadhan
Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan
Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Ramadhan
Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan
Merengkuh Kemenangan Sejati

Merengkuh Kemenangan Sejati

Ramadhan
Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Ramadhan
Keistimewaan Puasa Ramadhan

Keistimewaan Puasa Ramadhan

Ramadhan
Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Ramadhan
Mudik Berkemajuan

Mudik Berkemajuan

Ramadhan
Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Ramadhan
Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Ramadhan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
icon-calculator

Kalkulator Zakat

Rp.
Rp.
Rp.
Minimal Rp6.644.868 per bulan
ornament calculator
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com