Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jembatan Kretek 2 Bakal Dikunjungi Para Insinyur Luar Negeri, Ini Alasannya

Kompas.com - 21/11/2022, 12:30 WIB
Muhdany Yusuf Laksono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jembatan Kretek 2 terpilih menjadi lokasi technical trip bagi peserta, praktisi, serta akademisi bidang sipil dan lingkungan yang berpartisipasi dalam Seminar International Climate Change, Resilience & Disaster Management for Roads, di Yogyakarta, mulai 21-25 November 2022.

Seminar tersebut akan dihadiri Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan Direktur Jenderal Bina Marga Hedy Rahadian.

Seminar ini akan diisi oleh 20 pembicara dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, Uganda, Jepang, Inggris, Selandia Baru, Afrika Selatan, Polandia, Chili, Malaysia, Australia, Thailand, dan Indonesia sebagai komite pelaksana serta tuan rumah.

Berlokasi di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jembatan ini memiliki dua keunikan utama yaitu, aspek seni dan struktur yang tahan gempa.

"Kami siap mendampingi technical trip melihat seluk beluk Jembatan Kretek 2 ini. Lagipula progres Konstuksi fisik Jembatan Kretek 2 ini sudah hampir selesai, rencananya selesai Desember 2022," ujar PPK 1.4 Provinsi DIY Julian Situmorang dikutip dari laman Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR, Senin (21/11/2022).

 

Menurut dia, tema seminar tersebut cocok dengan konsep beutifikasi dan ketangguhan bencana yang dimiliki Jembatan Kretek 2.

"Jembatan ini memang sebenarnya berdiri diatas sesar opak sehingga kalau ada pergerakan, bisa terjadi gempa," tandasnya.

Baca juga: Rancangan Jembatan Kretek 2 Diambil dari Referensi Luar Negeri

Maka dari itu, saat proses perencanaan sejumlah ahli geologi telah melakukan survey paleoseismologi guna menentukan lokasi dan lebar Sesar Opak.

"Jadi kita membuat trenching untuk melihat benar-benar, dimana posisi Sesar Opak. Berapa lebarnya sehingga bisa kita lakukan mitigasi," jelas Julian.

Selain survey geologi, Jembatan ini juga dilengkapi dengan fitur-fitur tahan gempa. Seperti Mechanical Stabilizer Earth (MSE) Wall yang berfungsi melokalisir kerusakan akibat gempa agar tidak merambat ke struktur jembatan secara keseluruhan.

Lalu, melakukan penggantian tanah (soil replacement) di lokasi yang berpotensi likuifaksi, serta Lead Rubber Bearing (LRB) yang tahan guncangan gempa.

"Ukuran LRB lebih besar daripada Bearing Pad di jembatan biasa. Akibatnya expansion joint menjadi lebih lebar, yaitu 39 centimeter dari paling 4 centimeter saja," imbuhnya.

Sementara dari segi keindahan, jembatan senilai Rp 364 miliar ini akan dihiasi dengan ornamen dan art piece yang bertemakan pertanian.

Adapun art piece tersebut ialah Luku atau bajak sawah, ornamen burung kuntul pada railing, serta 112 buah stilisasi padi sebagai penerangan jalan.

Baca juga: Bali Punya Jembatan Kaca Terpanjang Se-Asia Tenggara, Seperti Apa?

Sebagai sentuhan terakhir, saat ini para pekerja sedang melapisi di bagian Luku yang terbuat dari bahan kuningan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com