Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Jembatan Kaca Seruni Point Tak Bernasib Tragis seperti India

Kompas.com - 04/11/2022, 05:30 WIB
Thefanny,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comJembatan Kaca Seruni Point ditargetkan akan segera rampung pada bulan Desember mendatang dan dapat dikunjungi ketika liburan tahun baru.

Jembatan ini merupakan salah satu infrastruktur yang dikembangkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Tujuannya, untuk meningkatkan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Bromo-Tengger-Semeru (BTS) di Probolinggo, Jawa Timur.

Jembatan Kaca Seruni Point dirancang sepanjang 120 meter serta lebar 3 meter di bagian ujung dan tengah jembatan sedangkan sisanya selebar 1,8 meter.

Baca juga: Tragedi Jembatan Runtuh di India, Kecelakaan atau Kelalaian?

Kabarnya, jembatan yang membentangi jurang sedalam 80–100 meter ini dapat menampung hingga 100 orang.

Ketika rampung, jembatan ini tentu bakal menjadi salah satu daya tarik wisatawan lokal maupun asing.

Dengan berlantaikan kaca di atas sebuah jurang dan wisatawan yang akan berkunjung, jembatan gantung ini akan memiliki risiko yang cukup besar.

Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Taufik Widjoyono menyarankan untuk melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala.

“Penanggung jawab atau pengelola bangunan harus punya manual dan melaporkan pemantauan secara berkala kepada otoritas teknis, baik Dinas Pekerjaan Umum (PU) atau Kementerian PUPR, sesuai kewenangannya,” ucap Taufik saat dihubungi Kompas.com, Rabu (2/11/2022).

Untuk pemeliharaannya sendiri, Taufik menyarankan untuk memeriksa lima komponen.

Pertama adalah pemantauan kondisi fisik dan fungsi jembatan, lalu diikuti dengan menentukan tingkat rutinitas penanganannya baik secara rutin, berkala, dan kapan dibutuhkan rehabilitasi.

Komponen ketiga adalah pemeliharaan komponen struktural, artinya pengelola perlu memerhatikan fondasi, pengikat angker, pylon, baut-baut yang berkarat, serta komponen pelengkap lainnya.

Keempat, lantainya yang berbahan kaca membuat jembatan ini perlu diperiksa posisi dan ikatannya. Jika terdapat kelonggaran atau ikatan yang terlalu kencang, terdapat kemungkinan kaca yang digunakan dapat pecah.

“Kelima, harus ada peringatan jumlah maksimum orang yang boleh berada di jembatan dalam waktu yang bersamaan, serta manual (SOP) evakuasi dalam keadaan darurat agar ada pengendalian beban,” tutup Taufik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com