BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Alam Sutera

Jaga Alam dan Kesehatan Penghuni, Alam Sutera Hadirkan Mini Forest di Escala Park

Kompas.com - 26/04/2024, 19:39 WIB
Aningtias Jatmika,
Putri Rahmadhini,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Dalam beberapa tahun terakhir, tingkat kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan terus meningkat.

Hal itu turut mendorong minat masyarakat terhadap hunian yang menerapkan pembangunan berbasis lingkungan (green development).

Survei yang dirilis konsultan real estate independen global, Knight Frank, pada Desember 2021, contohnya, menyebutkan, 52 persen responden sepakat bahwa isu lingkungan merupakan faktor penting dalam memilih hunian.

Kemudian, 64 persen responden akan memilih properti yang memiliki fasilitas taman atau Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Green development sendiri merupakan konsep pembangunan, perancangan, dan pengembangan bangunan yang berfokus pada upaya untuk mengurangi dampak lingkungan. Dengan pendekatan ini, hunian yang dikembangkan memiliki nilai (value) jangka panjang bagi lingkungan dan masyarakat.

Konsep itu pula dihadirkan kawasan residensial terpadu yang menjadi primadona di Tangerang, Banten, yakni Alam Sutera. Kawasan residensial terpadu beserta hunian di dalamnya ini dikembangkan oleh PT Alam Sutera Realty Tbk.

Baca juga: Klaster Ayodhya Alam Sutera Hadirkan Hunian Nyaman dengan Kemudahan Akses Transportasi

Saat berbincang dengan Kompas.com pada Kamis (4/4/2024), Landscape Design Department Head Niko Fahrisjah Tandianoe menjelaskan bahwa Alam Sutera telah mengimplementasikan konsep green development secara teliti di kawasan terpadu mereka sejak perencanaan masterplan pada 1993.

“Dengan konsep itu, kami berupaya menjaga interaksi para penghuni dengan lingkungan dan ekosistem sekitar. Salah satu yang menjadi fokus kami adalah penghijauan kawasan yang terintegrasi dengan hunian sehingga memberi manfaat luas bagi penghuni,” kata Niko.

Jaga Bumi dan kesehatan diri

Niko merinci, dari seluruh area publik di Alam Sutera, sekitar 40 persennya merupakan area hijau.

Sebanyak lebih dari 16.000 pohon tersebar di seluruh area Alam Sutera. Area hijau ini juga mencakup green tunnel dari pohon trembesi yang menjadi ikon Alam Sutera.

“Pemilihan pohon itu tidak hanya berdasarkan pertimbangan estetika, tetapi juga mempertimbangkan manfaat signifikan bagi Alam dan kesehatan diri,” ujar Niko.

Trembesi sendiri dipilih karena kemampuannya dalam menyerap karbon dioksida terkhusus pohon trembesi yang berumur 5 tahun. Setiap tahunnya, satu pohon trembesi disebut dapat menyerap emisi karbon dioksida hingga 28 ton.

Alam Sutera telah mengimplementasikan konsep green development secara teliti di kawasan terpadu mereka sejak perencanaan masterplan pada 1993.Alam Sutera Alam Sutera telah mengimplementasikan konsep green development secara teliti di kawasan terpadu mereka sejak perencanaan masterplan pada 1993.

Selain trembesi, tabebuya juga menjadi salah satu tanaman yang dipilih untuk area hijau di Alam Sutera. Meski berukuran kecil, bunga tabebuya memiliki kontribusi yang tidak kalah penting dalam penyerapan emisi.

“Dengan kemampuan penyerapan sekitar 200 kg karbon dioksida per tahun, tabebuya dapat membantu menciptakan (varian) penghijauan dan lingkungan lebih hijau dan asri,” kata Niko.

Lingkungan yang hijau dan asri di sekitar rumah, lanjut Niko, tidak hanya menghadirkan pemandangan yang indah, tetapi juga membantu penghuni untuk melepaskan stres dan ketegangan.

Baca juga: EleVee, Solusi Investasi Properti Menjanjikan di Alam Sutera

Menurut Niko, interaksi secara langsung dengan alam, seperti grounding atau berjalan tanpa alas kaki, membuat penghuni bisa kembali fokus pada momen saat ini dan mengalihkan perhatian dari perasaan cemas atau negatif.

"Saya lihat di media sosial ada kampanye gerakan mengurangi penggunaan alas kaki. Jadi, skin-to-skin dengan area hijau dapat menyerap unsur-unsur negatif manusia,” ujar Niko.

Lebih dari itu, kawasan hijau juga kerap menjadi opsi untuk berlibur dan merelaksasi diri.

"Orang Jakarta kalau liburan sering kali memilih opsi ke Puncak, Bogor, untuk mencari yang hijau-hijau. Di Alam Sutera, (penghuni) tak perlu jauh-jauh (ke Puncak) karena disini sudah ada green tunnel dan area terbuka hijau lain," ujar Niko.

Area hijau hutan mini di Escala Park

Salah satu RTH yang juga dapat dimanfaatkan penghuni Alam Sutera adalah Escala Park. Taman seluas 3,2 hektare ini tak hanya menjadi paru-paru kawasan, tetapi juga ruang interaksi sosial bagi penghuni Alam Sutera.

Area tersebut akan menjadi lokasi favorit penghuni untuk merelaksasi diri dan berolahraga, mulai dari jogging, aerobik, hingga yoga.

“Ke depan, kami akan menghadirkan berbagai aktivitas hiburan, seperti music in the park. Jadi, penghuni bisa berinteraksi sambil menikmati musik favorit,” ujar Niko.

Baca juga: Cassia dari Ayodhya by Alam Sutera, Kluster Impian di Pusat Kota Tangerang

Niko menceritakan, Escala Park mengadopsi konsep empat elemen hutan hujan tropis yang meliputi lapisan muncul (emergent), kanopi, bawah (understory), dan lantai hutan (forest floor).

Elemen emergent merupakan lapisan pohon tertinggi dalam hutan hujan tropis yang mencuat di atas kanopi utama. Pohon-pohon pada lapisan ini biasanya cenderung lebih tinggi dan menonjol dari kanopi. Di Escala Park, lapisan emergent diwakili oleh pohon kayu putih (rainbow).

Dari seluruh area publik di Alam Sutera, sekitar 40 persennya merupakan area hijau. Alam Sutera Dari seluruh area publik di Alam Sutera, sekitar 40 persennya merupakan area hijau.

Selanjutnya, elemen kanopi membentuk struktur tertutup dan menangkap sinar matahari secara efisien. Pohon-pohon di kanopi memberikan naungan dan perlindungan bagi lapisan bawah hutan. Di Escala Park, kanopi diwakili oleh pohon trembesi dan flamboyan.

Adapun elemen understory terdiri atas pohon-pohon yang lebih kecil dan tumbuhan semak. Lapisan ini penting untuk keanekaragaman hayati serta menawarkan habitat bagi berbagai spesies hewan dan tumbuhan. Di Escala Park, elemen understory diisi dengan pohon saputangan.

Terakhir, forest floor yang penting untuk siklus nutrisi dan dekomposisi dalam ekosistem hutan. Di Escala Park, forest floor dihiasi dengan rumput gajah.

Niko mengatakan, variasi pohon, mulai dari yang kecil hingga yang besar, dalam setiap elemen menciptakan keberagaman yang menyenangkan secara estetika dan mencegah kesan monoton.

Randomness dalam penataan pohon juga memberikan kesan alami dan membuat Escala Park terasa seperti mini forest yang menarik untuk dijelajahi. Area ini juga diharapkan dapat menciptakan habitat bagi hewan-hewan,” ujar dia.

Niko juga meyakini bahwa green development lewat berbagai RTH di Alam Sutera bisa meningkatkan kualitas penghuni secara menyeluruh.


Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com