BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Alam Sutera

Tiga Dekade Alam Sutera, Masterplan Tetap Konsisten Terapkan Ecological Planning Method

Kompas.com - 31/01/2024, 12:42 WIB
Aningtias Jatmika,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com – Laporan Cushman & Wakefield bertajuk “Marketbeat Greater Jakarta Landed Residential H1 2023” pada Senin (31/7/2023) menyebutkan bahwa kawasan Tangerang, termasuk Tangerang Selatan, masih mendominasi pasokan hunian baru, yakni 51 persen. Kemudian, disusul Bogor dan Depok, masing-masing 22 persen.

Dominasi kawasan Tangerang sebagai pemasok hunian baru memang beralasan. Salah satu wilayah penyangga Jakarta ini menjadi pilihan masyarakat sebagai lokasi tempat tinggal.

Akses mudah ke Jakarta, infrastruktur memadai dan modern, serta fasilitas lengkap menjadi beberapa alasan kota tersebut menarik hati konsumen properti.

Salah satu kawasan residensial terpadu yang menjadi primadona di Tangerang adalah Alam Sutera. Kawasan residensial terpadu beserta hunian di dalamnya ini dikembangkan oleh PT Alam Sutera Realty Tbk.

Berdiri di atas lahan seluas lebih dari 800 ha, Alam Sutera menawarkan pilihan hunian lengkap berkonsep healthy living berkat perencanaan masterplan yang matang.

Pada wawancara eksklusif dengan Kompas.com, Rabu (17/1/2024), Planning and Landscape Director Alam Sutera Mira Rani Naga buka-bukaan soal masterplan yang dibuat pada 1993 itu.

“Saat itu, Alam Sutera menggandeng master planner bertaraf internasional, yakni SWA, untuk membuat masterplan pertamanya di aera seluas lebih dari 800 ha,” cerita Mira.

Planning and Landscape Director Alam Sutera Mira Rani NagaAlam Sutera Planning and Landscape Director Alam Sutera Mira Rani Naga

Mira menegaskan, sebagai fondasi awal dalam perencanaan kota, masterplan berperan penting dalam pengembangan kawasan, termasuk terkait infrastruktur, akses dan jaringan jalan, serta wilayah residensial.

Baca juga: Begini Cara Alam Sutera Hadirkan Kawasan Terpadu Ramah Lingkungan dan Sehat

Dia melanjutkan, masterplan Alam Sutera pun dibuat dengan konsep yang matang.

“Di masterplan, akan langsung kelihatan jalan utamanya, lingkungan sekitarnya, pembagi-bagi (kawasannya), dan saluran air, baik air bersih maupun air kotor. Masterplan juga menjadi dasar untuk perhitungan infrastruktur. Kalau tidak punya masterplan, rencana kerja jadi berantakan,” jelas Mira.

Mira menambahkan, masterplan tidak hanya mengatur struktur dan pembagian lahan, tetapi juga lanskap kawasan yang menentukan titik terendah dan tertinggi di daerah tersebut.

Ecological Planning Method

Selain keadaan topografi, pembuatan masterplan juga mempertimbangkan aspek lingkungan di wilayah sekitar Alam Sutera.

“Masterplan kami menggunakan sistem Ecological Planning Method. Jadi, kami mempelajari kondisi air, tanah, dan sosial di sekitar lokasi,” ucap Mira.

Berdasarkan analisis itu, masterplan pun dapat dirancang sedemikian rupa demi meningkatkan kualitas hidup penghuninya.

Salah satu penerapan konsep itu adalah pengalokasian areal seluas 40 persen untuk pembangunan fasilitas umum dan sosial, termasuk ruang terbuka hijau (RTH).

Baca juga: Hunian Vertikal Jadi Incaran, Alam Sutera Hadirkan EleVee Condominium dengan Konsep Eco Green Living

RTH diimplementasikan dalam bentuk penyediaan taman, hutan, danau, serta jalanan beratapkan green tunnel dari pohon trembesi. Tanaman ini dipilih lantaran mampu menetralkan udara dari emisi karbon serta menyaring penetrasi cahaya matahari.

Menurut Mira, pemilihan pohon trembesi pada masterplan akhirnya menjadi karakter yang terus melekat pada Alam Sutera.

“Setelah 30 tahun sejak pembangunan, pohon trembesi menjadi aspek yang membuat kota modern ini populer. (Berkat itu pula) karakter (Alam Sutera) pun terbentuk,” ucap dia.

Selain keadaan topografi, pembuatan masterplan Alam Sutera juga mempertimbangkan aspek lingkungan di wilayah sekitar Alam Sutera Selain keadaan topografi, pembuatan masterplan Alam Sutera juga mempertimbangkan aspek lingkungan di wilayah sekitar Alam Sutera

Selanjutnya, fasilitas umum serta sosial lain, mulai dari sekolah, rumah sakit, pusat perbelanjaan, hingga rumah ibadah, ditempatkan di titik-titik yang mudah diakses dari seluruh kawasan.

Mira melanjutkan, mengacu pada Ecological Planning Method, Alam Sutera juga dibangun dengan akses jalan yang memadai. Akses jalan menuju kawasan ini, misalnya, dibuat di titik yang terbuka dengan Jalan Raya Serpong dan jalur Tol Jakarta-Tangerang.

“Begitu pula akses jalan di dalam kawasan Alam Sutera. Kami membuat semua wilayah dapat diakses dengan mudah. Jalan-jalan juga dibuat besar dengan empat lajur sehingga tidak ada kemacetan, sekalipun pada jam sibuk,” jelas Mira.

Kelancaran arus kendaraan di dalam kawasan Alam Sutera juga didukung oleh pintu antar-cluster yang dibuat berjauhan.

Tak hanya kawasan residensial, pembangunan kawasan komersial juga dipetakan sedemikian rupa sehingga bisa mendukung kualitas hidup penghuni Alam Sutera.

Baca juga: Penuhi Kebutuhan Hunian Milenial, Cluster Helios Prime Suvarna Sutera Hadir dengan Konsep Ramah Lingkungan

Sejumlah kawasan komersial ditempatkan di dekat dengan kawasan hunian. Di sisi lain, ada pula cluster-cluster yang tidak memiliki kawasan komersial.

“Setiap penghuni punya preferensi yang berbeda. Ada yang ingin dekat dengan kawasan komersial. Ada pula yang memilih wilayah yang tidak terlalu ramai. Kami berusaha memenuhi seluruh preferensi penghuni,” ucap Mira.

Mira mengatakan, masterplan tersebut menjadi acuan untuk pembuatan site plan di seluruh hunian yang dikembangkan Alam Sutera. Value yang dimiliki masterplan juga terus dibawa dalam pembuatan site plan.

Untuk diketahui, saat ini, Alam Sutera memiliki 37 cluster residential yang masing-masing terdiri atas 150 hingga 300 rumah.

“Intinya, kami berupaya membangun kawasan terpadu dengan memanfaatkan lahan yang ada dengan seefisien mungkin, tapi tetap menjaga value yang dimiliki sehingga kualitas hidup penghuni tetap diutamakan,” imbuh Mira.


Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com