Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lima Pencakar Langit Dunia Ini Mangkrak, Adakah dari Indonesia?

Kompas.com - 23/03/2022, 07:00 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Banyak negara di dunia yang terobsesi membangun gedung tinggi atau pencakar langit.

Sayangnya, proyek yang sudah pasti menghabiskan dana besar ini tak seluruhnya berjalan sesuai rancangan awal.

Tidak sedikit proyek tersebut tersendat di tengah jalan dan mangkrak hingga kini.

Baca juga: Sejauh Mana Kualitas Gedung Bertingkat dan Pencakar Langit di Indonesia?

Melansir Skyscrapers MY, Selasa (22/3/2022), berikut 5 gedung pencakar langit mangkrak di  dunia:

Jeddah Tower, Arab Saudi

Jeddah TowerSkyscrapers MY Jeddah Tower
Jeddah Tower terletak di tepi Laut Merah dan direncanakan akan menjadi bangunan tertinggi di dunia yang menjulang satu kilometer.

Baca juga: Salah Satu Gedung Perkantoran Terbaik Dunia Ada di Jakarta

Gedung ini dirancang 167 lantai yang diperuntukan sebagai ruang kantor, hotel, apartemen hingga kondominium dengan nilai pembangunan sebesar Rp 17,6 triliun.

Proyek gedung ini diumumkan ke publik pada tahun 2008 oleh Pangeran Alwaleed bin Talal dan mulai dibangun pada 2013.

Tetapi pada tahun 2018, proyek tersebut berhenti dan hanya menghasilkan bangunan setinggi 250 meter yang bahkan tidak setinggi Menara Eiffel.

Tak lama setelahnya, pembangunan ditunda karena masalah tenaga kerja dan korupsi yang menjerat para pemimpin proyek.

Hingga kini, konstruksi Jeddah Tower tak lagi dilanjutkan dan kemungkinan mangkrak selamanya.

Baca juga: Bagaimana Cara Meruntuhkan Gedung Pencakar Langit?

Plaza Rakyat, Malaysia

Plaza RakyatSkyscrapers MY Plaza Rakyat
Plaza Rakyat direncanakan menjadi kawasan terintegrasi pertama di Malaysia yang mencakup terminal, pusat perbelanjaan, apartemen, hotel dan ruang kantor.

Akan tetapi, proyek seluas 15,3 hektar setinggi 382 meter dengan 77 lantai senilai Rp 4,7 triliun ini diketahui telah mangkrak selama lebih dari 20 tahun. 

Pemerintah Malaysia telah memberikan kontrak kepada PRSB selaku pengembang untuk memulai proyek pada Desember 1992 dengan perkiraan penyelesaian pada tahun 1999.

Namun, ketika proyek tersebut mendekati penyelesaian 33 persen, krisis keuangan Asia 1997 melanda Malaysia sehingga hanya fondasi dan struktur enam lantainya saja yang telah selesai.

Hingga pada 2010, Dewan Kota mengakhiri kontrak PRSB dan membayar Rp 748 miliar untuk menyelesaikan tunggakan pinjaman bank.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com