Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Kompas.com - 28/04/2024, 22:54 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

Sutcliffe mengaku tidak mengingat keluhan apapun dari Beijing.

"Kami tentu saja mendapat tekanan dari SAR Hong Kong (Daerah Administratif Khusus) untuk melakukan segala yang kami bisa untuk menghentikan tindakan itu," katanya.

"Kami menjalankan kampanye publisitas. Kami menerapkan keamanan yang lebih ketat ketika pertandingan, termasuk penggeledahan dan penyitaan spanduk."

"Tapi kami tidak bisa menghentikannya sama sekali dan hasilnya kami didenda oleh FIFA beberapa kali."

Pada 2020, badan legislatif Hong Kong juga mengambil tindakan dengan mengesahkan undang-undang yang mengkriminalisasi tindakan yang disebut tidak menghormati lagu kebangsaan dengan hukuman penjara maksimal tiga tahun.

Meski begitu, pada laga kandang pertama yang dibuka untuk umum sejak diberlakukannya undang-undang baru pada September 2022, lagu kebangsaan China kembali dicemooh oleh sebagian penonton sebelum kick-off melawan Myanmar.

Tiga bulan kemudian, 83 asosiasi olahraga di Hong Kong diberitahu bahwa mereka harus menambahkan "China" ke nama tim mereka atau berisiko kehilangan anggaran.

Penggemar sepak bola langsung berbondong-bondong membeli kaus terakhir yang masih berlogo Hong Kong, sebelum kata "China" ditambahkan pada lambang naga.

Sutcliffe mencoba tetap menjaga keseimbangan dengan mengakomodasi permintaan China itu sambil menjaga jarak dan identitas yang terpisah.

"Itu semacam aturan tidak tertulis untuk tidak terlalu dekat jika FIFA memutuskan untuk mencabut status anggota," ucapnya.

"Tidak ada pembagian sumber daya atau pengetahuan atau apapun yang bersifat seperti itu."

"Tentu saja, kami memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Jepang, yang jauh lebih altruistik dan melihat peran mereka dalam membimbing asosiasi anggota yang lebih kecil serta meningkatkan sepak bola di seluruh Asia."

Tapi perkembangan yang luar biasa dari Liga Super China (CSL) sempat mengancam hubungan tersebut.

Pada awal 2010-an klub-klub papan atas China mulai menghabiskan banyak uang untuk membeli pemain-pemain terkenal dunia seperti Nicolas Anelka, Didier Drogba, Hulk, dan Carlos Tevez.

Sementara pelatih seperti Marcello Lippi, Luiz Felipe Scolari dan Fabio Capello telah didatangkan.

Jumlah penonton meningkat menjadi yang terbesar di Asia dan standarnya juga meningkat.

Guangzhou Evergrande, yang hanya berjarak satu jam perjalanan kereta berkecepatan tinggi dari Hong Kong, menjadi juara Liga Champions Asia pertama dari China pada 2013 dan kembali berjaya pada 2015.

Di Hong Kong, kemungkinan mengirimkan tim untuk berkompetisi di CSL ditingkatkan dengan harapan hal itu akan menambah standar dan pendapatan.

Pada akhirnya keriuhan CSL tidak bertahan lama. Masalah keuangan di sepak bola China, yang diperburuk oleh pandemi global, menyebabkan sejumlah klub berhenti.

Tapi gagasannya tetap hidup.

Baca juga: Dampak Krisis Evergrande di Dunia Sudah Terasa, Swedia Kena Duluan

Mantan gelandang Tottenham, Paulinho dan manajernya serta rekannya dari Brasil Luiz Felipe Scolari adalah dua nama besar yang datang ke Guangzhou Evergrande.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Mantan gelandang Tottenham, Paulinho dan manajernya serta rekannya dari Brasil Luiz Felipe Scolari adalah dua nama besar yang datang ke Guangzhou Evergrande.
Pimpinan HKFA saat ini, yang tidak menanggapi permintaan wawancara, masih melihat China sebagai peluang.

"Saya yakin itulah arah kami," kata wakil presiden HKFA, Eric Fok Kai-shan pada 2023.

"Semua orang melihat pasar China. Dalam hal sepak bola, kami ingin menjadikannya berkelanjutan dalam cara Anda menghasilkan nilai komersil."

Halaman Berikutnya
Halaman:

Terkini Lainnya

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com