Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi dan Cerita Saksi Mata Penikaman Massal di Mal Sydney yang Tewaskan 5 Orang

Kompas.com - 13/04/2024, 17:08 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

Dia akhirnya berlari ke toko terdekat dan berlindung di ruang istirahat. 

"Sangat menakutkan, ada beberapa orang yang secara emosional rentan dan menangis," katanya kepada AFP.

Dia melarikan diri melalui pintu keluar darurat bersama para pembeli dan staf lainnya, yang membawa mereka ke jalan belakang.

Baca juga: Festival Indonesia by the Harbour Memukau Warga Sydney

Pranjul menggambarkan adegan "kekacauan", dengan orang-orang berlarian, dan polisi mengerumuni area tersebut. 

"Saya masih hidup dan bersyukur," katanya.

Sementara itu, Reece Colmenares sedang dalam perjalanan ke gym ketika ia melihat orang-orang sedang berlarian dan berteriak melewatinya. 

Dia mengatakan, orang-orang itu memberitahu bahwa seseorang telah ditikam.

Reece pun berlari ke toko perkakas terdekat dengan 10 hingga 12 orang lainnya

"Mereka membawa kami ke bawah (ke sebuah ruangan) dan menutup toko. Sangat menakutkan, ada anak-anak kecil dan orang tua serta orang-orang yang menggunakan kursi roda di mana-mana," jelas dia.

Saat malam tiba, puluhan polisi dan ambulans masih berada di luar kompleks pertokoan, dengan tandu-tandu yang siap membawa orang-orang ke rumah sakit terdekat.

Suara sirene polisi dan helikopter memenuhi udara. 

Mal tersebut telah ditutup dan polisi mendesak orang-orang untuk menghindari area tersebut.

Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese menyuarakan kesedihan dan keterkejutan warga Australia atas serangan tersebut. 

"Tragisnya, beberapa korban telah dilaporkan dan pikiran pertama dari semua warga Australia adalah mereka yang terkena dampak dan orang-orang yang mereka cintai," tulisnya di platform media sosial X.

Baca juga: St. Mary College Australia Selami Kekayaan Budaya Indonesia Bersama KJRI Sydney

Serangan semacam itu hampir tidak pernah terjadi di Australia, yang memiliki tingkat kejahatan dengan kekerasan yang relatif rendah.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com