RIYADH, KOMPAS.com - Arab Saudi berhasil menarik 27 juta wisatawan asing pada tahun 2023. Dengan optimisme, mereka kemudian melipatgandakan targetnya untuk akhir dekade ini.
"Kami telah mencapai 100 juta wisatawan tahun ini (2023), 77 juta dari dalam negeri, 27 juta dari luar negeri," ujar Menteri Pariwisata Arab Saudi Ahmed Al Khateeb dalam sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh Dana Kekayaan Negara (Sovereign Wealth Fund) Arab Saudi, Selasa (5/2/2024).
Pengumuman ini muncul kurang dari lima tahun setelah Arab Saudi membuka diri sepenuhnya terhadap pariwisata.
Baca juga: Arab Saudi Akan Buka Toko Minuman Beralkohol Pertama, Apa Tujuannya?
Ahmed menyampaikan, Pemerintah Arab Saudi sekarang berharap untuk dapat mencapai 150 juta wisatawan pada 2030, naik dari target sebelumnya sebesar 100 juta.
Dari jumlah itu, 70 juta di antaranya berasal dari luar negeri, naik dari target sebelumnya sebesar 30 juta.
Pariwisata diketahui kini menjadi elemen penting dari agenda reformasi Visi 2030 Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Hal itu bertujuan untuk membantu upaya transisi negara pengekspor minyak mentah terbesar di dunia tersebut dari mengandalkan bahan bakar fosil dan mempersiapkan masa depan pasca-minyak.
Sebagai rumah bagi situs-situs tersuci Islam di Mekah dan Madinah, Arab Saudi telah lama menyambut para peziarah dan juga pelancong bisnis.
Tetapi, negara ini baru meresmikan visa pariwisata umum pada 2019, hanya beberapa bulan sebelum pandemi virus corona meluluhlantakkan industri ini secara global.
Meskipun dalam beberapa tahun terakhir kerajaan telah melonggarkan peraturan yang melarang bioskop, konser campuran gender, dan ekstravaganza olahraga, peraturan lain termasuk larangan alkohol tetap berlaku, yang berpotensi mengurangi daya tariknya.
Baca juga: Arab Saudi Akan Buka Toko Miras, Hanya untuk Diplomat Asing Nonmuslim
Resor-resor baru di sepanjang pantai Laut Merah diperkirakan akan menjadi daya tarik utama Arab Saudi.
Namun, serangan baru-baru ini terhadap pelayaran Laut Merah oleh kelompok Houthi di negara tetangga, Yaman, tampaknya telah menghidupkan kembali kekhawatiran keamanan di daerah tersebut.
Houthi, yang telah berperang dengan koalisi militer pimpinan Saudi sejak 2015, mengatakan bahwa serangan mereka adalah tindakan solidaritas terhadap warga Palestina dan protes terhadap perang Israel-Hamas yang telah berkecamuk di Jalur Gaza sejak Oktober.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.