Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Forest City, "Kota Hantu" Buatan China di Malaysia

Kompas.com - 21/12/2023, 14:00 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

Faktor-faktor politik lokal juga menyumbang situasi terkini di Forest City.

Pada 2018, Perdana Menteri Malaysia saat itu Mahathir Mohamad membatasi visa untuk pembeli-pembeli asal China, menyuarakan keberatannya akan “kota yang dibangun untuk orang asing”.

Beberapa analis juga mempertanyakan kebijaksanaan pembangunan megaproyek di negara dengan situasi politis dan ekonomi yang tidak menentu.

Pemerintahan Malaysia saat ini mendukung proyek Forest City tetapi, bagi calon pembeli, tidak jelas berapa lama hal ini akan berlangsung dan sejauh mana.

Isu-isu lain yang di luar dugaan, seperti pembatasan perjalanan karena Covid dan pengaturan-pengaturan mengenai berapa banyak uang yang warga China boleh keluarkan di luar negeri, dinilai menghambat proyek-proyek luar negeri yang diluncurkan perusahaan raksasa seperti Country Garden.

“Saya rasa mereka barangkali memaksakannya agak terlalu jauh, terlalu cepat,” kata Tan Wee Tiam dari Konsultan Properti Internasional KGV. “Sebelum meluncurkan proyek yang sangat ambisius seperti ini, pelajaran pentingnya adalah pastikan Anda punya arus kas yang cukup.

Perusahaan real estat yang paling berutang di dunia, Evergrande, menghadapi sidang likuidasi di pengadilan Hong Kong baru-baru ini.

Pada akhirnya, perusahaan China ini diberikan waktu penangguhan enam minggu untuk menyetujui rencana pembayaran kembali bersama dengan para kreditornya sesuai kata hakim yang menunda sidang untuk ketujuh kalinya.

Country Garden berkeras situasi saat ini di pasar properti China hanyalah “kebisingan” dan proyek mereka di Malaysia “berjalan sebagaimana mestinya.”

Mereka juga mengatakan, rencana-rencana untuk memasukkan Forest City ke dalam zona ekonomi khusus antara Malaysia dan negara tetangga Singapura menunjukkan proyek tersebut “aman dan stabil”.

Namun, tanpa akses ke pendanaan, susah untuk melihat bagaimana proyek-proyek seperti Forest City dapat diselesaikan atau bagaimana ini dapat menggaet orang untuk tinggal di sana dalam waktu dekat. Pada saat ini, properti buatan China sulit dijual, versi ringannya.

“Ini seperti situasi ayam dan telur,” tutur Eveline Danubrata dari REDD Intelligence Asia. “Pengembang biasanya bertopang kepada pra penjualan untuk membantu pendanaan konstruksi.”

“Tetapi pembeli-pembeli tidak akan menaruh uang kalau mereka tidak yakin mereka akan memperoleh kunci apartemen.”

Baca juga: 60 Persen Spesies Bunga Bangkai Rafflesia Terancam Punah, Kisah Sukses Indonesia Disorot

Ambisi dan realita

Bicara tentang krisis properti China, Forest City adalah contoh klasik ambisi versus realita. Beberapa faktor lokal mungkin berkontribusi kepada situasi sekarang, tetapi ini adalah bukti bahwa membangun puluhan ribu apartemen di antah-berantah tidak cukup untuk meyakinkan orang-orang untuk tinggal di sana.

Pada akhirnya, nasib Forest City--dan ratusan proyek di seluruh penjuru China--bergantung kepada Pemerintah China.

Bulan lalu, ada laporan-laporan bahwa Country Garden telah dimasukkan ke dalam daftar awal pengembang-pengembang yang akan menerima bantuan finansial dari Pemerintah China--namun sejauh apa dukungan itu masih belum jelas.

Orang-orang seperti Nazmi sepertinya tidak akan kembali: “Saya benar-benar akan memilih dengan lebih hati-hati lain kali,” ujarnya. “Tapi saya senang saya meninggalkan tempat ini, sekarang saya mendapatkan hidup saya kembali.”

Baca juga: Kisah Toko Bunga yang Tetap Buka di Kota Hantu Ukraina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com