Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/09/2023, 14:37 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Sebagian besar spesies Bunga Rafflesia--dikenal sebagai bunga bangkai di Indonesia--kini terancam punah. Sejumlah ilmuwan mendesak adanya tindakan untuk menyelamatkan tumbuhan endemik Asia Tenggara ini.

Aksi tersebut, menurut para peneliti, mesti dilakukan sesegera mungkin demi menyelamatkan bunga-bunga ini, berdasarkan kisah sukses di Indonesia.

Sekelompok ahli botani internasional meneliti 42 spesies Rafflesia yang diketahui dan habitatnya--terutama di Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Hasil penelitian mereka diterbitkan di jurnal Plants, People, Planet, pada Rabu (20/9/2023).

Baca juga: UNESCO Kategorikan Venesia Warisan Budaya Terancam Punah

Dr Chris Thorogood, Wakil Direktur Universitas Oxford Botanic Garden dan penulis studi tersebut mengatakan, kajian itu menyoroti bagaimana upaya konservasi global yang diarahkan pada tanaman--betapapun ikoniknya--masih tertinggal jika dibandingkan dengan upaya penyelamatan terhadap satwa.

“Kita sangat membutuhkan pendekatan terpadu dan lintas wilayah untuk menyelamatkan beberapa bunga paling menakjubkan di dunia, yang sebagian besar kini berada di ambang kepunahan,” ujarnya sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

Para peneliti menemukan bahwa Bunga Rafflesia menghadapi risiko yang jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya, merujuk pada semakin menciutnya habitat mereka dan kurangnya strategi konservasi dan rencana perlindungan.

“Kami memperkirakan bahwa 60 persen spesies Rafflesia menghadapi risiko kepunahan yang parah,” tulis para peneliti.

Bunga Rafflesia yang ditemukan di Taman Nasional Gunung Leuser di Aceh pada 2004.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Bunga Rafflesia yang ditemukan di Taman Nasional Gunung Leuser di Aceh pada 2004.
Berdasarkan kriteria yang digunakan International Union for Conservation of Nature (IUCN) para ilmuwan mengklasifikasikan 25 spesies sebagai “sangat terancam punah”, 15 spesies sebagai “terancam punah”, dan dua spesies sebagai “rentan”.

Penelitian menunjukkan bahwa bunga yang pernah muncul pada uang kertas pecahan Rp 500 ini diyakini tumbuh di wilayah yang terbatas, sehingga sangat rentan terhadap perusakan habitat.

Selain itu, lebih dari dua pertiga (67 persen) Bunga Rafflesia tidak dilindungi oleh strategi konservasi regional atau nasional.

Kurangnya perlindungan di tingkat lokal, nasional, dan internasional menyebabkan populasi yang tersisa berada di bawah ancaman kritis.

Rafflesia sebenarnya adalah parasit, dan hidup pada tanaman merambat di hutan tropis di seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Brunei, Malaysia, Filipina, dan Thailand.

Parasit ini menghasilkan bunga mekar yang termasuk terbesar di dunia, kerap kali dengan bau tidak sedap.

Keberadaan tanaman ini merupakan suatu teka-teki karena kerap kali bunganya muncul secara tidak terduga, dan para ahli botani kesulitan untuk menumbuhkannya di luar lingkungan alaminya.

Baca juga: Cheetah Muncul Lagi di Alam Liar India Setelah 70 Tahun Punah

Seorang pria mengukur bunga bangkai Rafflesia arnoldii di Bengkulu, Sumatra pada 17 Januari 2018.AFP/DIVA MARHA via BBC INDONESIA Seorang pria mengukur bunga bangkai Rafflesia arnoldii di Bengkulu, Sumatra pada 17 Januari 2018.
Kisah sukses konservasi di Indonesia

Beberapa spesies berisiko punah, kata studi tersebut, dan mendesak lebih banyak penelitian terhadap tanaman yang unik ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Eks Menlu AS Henry Kissinger Meninggal pada Usia 100 Tahun

Eks Menlu AS Henry Kissinger Meninggal pada Usia 100 Tahun

Global
Ikuti Finlandia, Estonia Akan Tutup Perbatasan dengan Rusia

Ikuti Finlandia, Estonia Akan Tutup Perbatasan dengan Rusia

Global
Malaysia dan Indonesia Cari Teman untuk Lawan UU Deforestasi Uni Eropa

Malaysia dan Indonesia Cari Teman untuk Lawan UU Deforestasi Uni Eropa

Global
Rangkuman Hari Ke-644 Serangan Rusia ke Ukraina: Restu Turkiye untuk Swedia | Avdiivka Diberondong 1.000 Peluru

Rangkuman Hari Ke-644 Serangan Rusia ke Ukraina: Restu Turkiye untuk Swedia | Avdiivka Diberondong 1.000 Peluru

Global
[POPULER GLOBAL] Raja Malaysia dan Pangeran Monako Minum Cendol di Warung | Hamas Undang Elon Musk

[POPULER GLOBAL] Raja Malaysia dan Pangeran Monako Minum Cendol di Warung | Hamas Undang Elon Musk

Global
Rusia Tingkatkan Serangan ke Avdiivka Ukraina, Tembakkan 1.000 Peluru

Rusia Tingkatkan Serangan ke Avdiivka Ukraina, Tembakkan 1.000 Peluru

Global
Pemerintah Filipina dan Pemberontak Komunis Sepakat Lakukan Perundingan Damai

Pemerintah Filipina dan Pemberontak Komunis Sepakat Lakukan Perundingan Damai

Global
Politisi Hezbollah Berharap Gencatan Senjata Israel-Hamas Berlanjut

Politisi Hezbollah Berharap Gencatan Senjata Israel-Hamas Berlanjut

Global
Pasukan Israel Bunuh 2 Anak Palestina di Tepi Barat

Pasukan Israel Bunuh 2 Anak Palestina di Tepi Barat

Global
Charlie Munger, Mitra Bisnis Terlama Warren Buffett, Meninggal di Usia 99 Tahun

Charlie Munger, Mitra Bisnis Terlama Warren Buffett, Meninggal di Usia 99 Tahun

Global
Meski Bantuan Berkurang, Ukraina Tegaskan Tak Akan Mundur Lawan Rusia

Meski Bantuan Berkurang, Ukraina Tegaskan Tak Akan Mundur Lawan Rusia

Global
Turkiye Akan Restui Swedia Gabung NATO dalam Beberapa Minggu

Turkiye Akan Restui Swedia Gabung NATO dalam Beberapa Minggu

Global
Ukraina Jatuhkan 21 Drone Rusia dan Rudal dalam Semalam

Ukraina Jatuhkan 21 Drone Rusia dan Rudal dalam Semalam

Global
Sejarah Wilayah Tepi Barat dalam Konflik Israel-Palestina

Sejarah Wilayah Tepi Barat dalam Konflik Israel-Palestina

Internasional
Istri Kepala Mata-mata Militer Ukraina Diracun, Ada Konspirasi Internal?

Istri Kepala Mata-mata Militer Ukraina Diracun, Ada Konspirasi Internal?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com