JALUR GAZA, KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas pada Jumat (1/12/2023) mengatakan lebih dari 60 orang tewas setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas berakhir.
Kementerian juga telah menghitung ada puluhan orang yang terluka dalam serangan udara Israel terhadap warga sipil.
Sementara iru, PBB menyatakan penyesalan setelah dimulainya kembali pertempuran mematikan di Jalur Gaza pada Jumat.
Baca juga: Israel Terbitkan Peta Zona Evakuasi Gaza, Tunjukkan Lokasi Aman untuk Warga Mengungsi
“Saya sangat menyesalkan operasi militer dimulai lagi di Gaza,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di X.
“Saya masih berharap bahwa jeda yang telah ada dapat diperbarui. Kembalinya pertempuran hanya menunjukkan betapa pentingnya gencatan senjata kemanusiaan yang sejati,” tambahnya, dikutip dari AFP.
Gencatan senjata di Gaza selama seminggu terakhir telah menghentikan pertempuran yang dimulai pada 7 Oktober ketika militan Hamas menerobos perbatasan militer Gaza ke Israel .
Serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan militan menculik sekitar 240 orang, menurut pihak berwenang Israel.
Israel telah bersumpah untuk melenyapkan Hamas dan melancarkan kampanye militer udara dan darat di Gaza.
Menurut pemerintah Hamas di Gaza, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 15.000 orang, sebagian besar juga warga sipil.
Selama gencatan senjata, Hamas membebaskan 80 sandera Israel dengan imbalan 240 tahanan Palestina, dan lebih banyak bantuan masuk ke Gaza.
Kepala Hak Asasi Manusia PBB Volker Turk mencap dimulainya kembali pertempuran Israel-Hamas sebagai “bencana besar”.
Baca juga: Masyarakat Internasional Didesak Bergerak Cepat Hentikan Kekerasan di Gaza
Dia mendesak semua pihak dan negara-negara yang mempunyai pengaruh untuk mencoba dan mewujudkan gencatan senjata atas dasar kemanusiaan dan hak asasi manusia.
“Komentar baru-baru ini dari para pemimpin politik dan militer Israel yang mengindikasikan bahwa mereka berencana memperluas dan mengintensifkan serangan militer sangat meresahkan,” tambahnya.
“Situasinya sudah melampaui titik krisis,” ucap Turk.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.