Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/09/2023, 06:16 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

STEPANAKERT, KOMPAS.com – Jumlah korban jiwa dalam ledakan di sebuah depot bahan bakar di Nagorno-Karabakh naik menjadi 68 orang.

Sebelumnya, ledakan tersebut dilaporkan oleh otoritas lokal di wilayah separatis Azerbaijan menewaskan 20 orang.

Ledakan itu terjadi di ibu kota daerah yang dikenal sebagai Stepanakert oleh Armenia dan Khankendi oleh Azerbaijan. 

Baca juga: UPDATE Konflik Armenia-Azerbaijan: 120.000 Warga Akan Tinggalkan Nagorno-Karabakh

Ledakan terjadi sewaktu ribuan orang lari meninggalkan Nagorno-Karabkh setelah Azerbaijan meluncurkan operasi untuk merebut kendali atas daerah itu.

Sebagian besar korban sedang menimbun bahan bakar untuk perjalanan menyusuri jalan pegunungan berkelok-kelok menuju Armenia.

Wilayah Nagorno-Karabakh seluruhnya berada di dalam Azerbaijan, tetapi berada di bawah kendali etnis Armenia sejak 1994, hingga beberapa daerah di sana direbut kembali oleh Azerbaijan dalam perang tahun 2020.

Dalam sebuah pernyataan, otoritas separatis di Nagorno-Karabkh pada Selasa (26/9/2023) mengatakan, ada 68 kematian yang dikonfirmasi.

Sebagaimana dikutip dari AFP, mereka menambahkan, sebanyak 290 orang terluka dan 105 lainnya masih belum ditemukan.

Baca juga: Ledakan Hebat di Nagorno-Karabakh, Lebih dari 200 Orang Luka-luka

Armenia sebelumnya telah memperingatkan kemungkinan “pembersihan etnis” yang dilakukan Azerbaijan, usai Baku melancarkan serangan 24 jam yang memaksa para pemberontak setuju untuk melucuti senjata mereka pada Rabu lalu.

Armenia yang mayoritas penduduknya beragama Kristen dan Azerbaijan yang mayoritas penduduknya beragama Islam telah berperang dalam dua perang mematikan di wilayah tersebut sejak runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991.

Daerah tersebut sekarang dihuni oleh 120.000 etnis Armenia, namun diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan.

Jumlah terbaru orang yang memasuki Armenia setelah operasi Azerbaijan dilaporkan telah melampaui 28.000 orang.

Pertikaian antara kedua pihak diperburuk oleh kenangan akan dugaan pembantaian warga sipil dan pelanggaran hak asasi manusia di masa perang.

Tim AFP yang diizinkan mengakses jalur pengungsi ke Armenia, dalam tur yang diselenggarakan oleh pemerintah Azerbaijan, melihat sebagian besar orang yang melintasi perbatasan adalah perempuan dengan anak-anak dan orang lanjut usia.

Beberapa pria Armenia berusia 20-an dan 30-an yang keluar pada Selasa dipaksa menatap kamera untuk identifikasi di pos perbatasan terakhir Azerbaijan.

“Azerbaijan bermaksud menerapkan amnesti kepada pejuang Armenia yang meletakkan senjata mereka di Karabakh,” kata sumber pemerintah Azerbaijan kepada AFP.

“Tetapi mereka yang melakukan kejahatan perang selama perang Karabakh harus diserahkan kepada kami,” kata sumber tersebut.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP

Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Awalnya Gugat Wanita karena Menolak Cintanya, Pria Ini Malah Dilaporkan Balik karena Jual MacBook Palsu

Awalnya Gugat Wanita karena Menolak Cintanya, Pria Ini Malah Dilaporkan Balik karena Jual MacBook Palsu

Global
Pemuda Ini Kesal Cuma Diberi Selamat, Sebelumnya Habiskan Rp 3,3 Juta Saat Pacar yang Ultah

Pemuda Ini Kesal Cuma Diberi Selamat, Sebelumnya Habiskan Rp 3,3 Juta Saat Pacar yang Ultah

Global
Wanita AS Kecanduan Ngemil Bedak Bayi, Konsumsi Satu Wadah Setiap Hari

Wanita AS Kecanduan Ngemil Bedak Bayi, Konsumsi Satu Wadah Setiap Hari

Global
Ratusan Orang di AS dan Kanada Terserang Wabah Salmonella dari Melon Kemasan

Ratusan Orang di AS dan Kanada Terserang Wabah Salmonella dari Melon Kemasan

Global
Dulu Dikenal sebagai Anak Ajaib Kuliah di Usia 10 Tahun, Pria Ini Kini Menganggur

Dulu Dikenal sebagai Anak Ajaib Kuliah di Usia 10 Tahun, Pria Ini Kini Menganggur

Global
Tak Sengaja Bagikan Kode QR di Media Sosial, Wanita Ini Kaget Tiba-tiba Dapat Tagihan Rp 931 Juta

Tak Sengaja Bagikan Kode QR di Media Sosial, Wanita Ini Kaget Tiba-tiba Dapat Tagihan Rp 931 Juta

Global
Tak Sengaja Terpukul Saat Latihan, Bintang Bisbol SMA Ini Kena Mati Otak

Tak Sengaja Terpukul Saat Latihan, Bintang Bisbol SMA Ini Kena Mati Otak

Global
Rusia Dituduh Lakukan Kampanye Siber, Sasar Politisi Inggris dan AS

Rusia Dituduh Lakukan Kampanye Siber, Sasar Politisi Inggris dan AS

Global
600 Pembelot Asal Korea Utara yang Dideportasi China Hilang Tanpa Kabar

600 Pembelot Asal Korea Utara yang Dideportasi China Hilang Tanpa Kabar

Global
Penulis Gaza Deskripsikan Suasana Apokaliptik Gaza: Belum Pernah Seperti Ini Sebelumnya...

Penulis Gaza Deskripsikan Suasana Apokaliptik Gaza: Belum Pernah Seperti Ini Sebelumnya...

Global
Kirim Pesan Rasis Terkait Meghan Markle, Mantan Polisi Inggris Dihukum

Kirim Pesan Rasis Terkait Meghan Markle, Mantan Polisi Inggris Dihukum

Global
Guru Ini Terima Hadiah Seharga Mobil dari Siswanya Usai Dipromosikan Jadi Kepala Sekolah

Guru Ini Terima Hadiah Seharga Mobil dari Siswanya Usai Dipromosikan Jadi Kepala Sekolah

Global
Tamara: Saya Dijual Rp 140.000 untuk Menikah di Usia 12 Tahun

Tamara: Saya Dijual Rp 140.000 untuk Menikah di Usia 12 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-652 Serangan Rusia ke Ukraina: Pilpres Rusia Digelar 17 Maret | Produksi Senjata AS Pindah ke Ukraina

Rangkuman Hari Ke-652 Serangan Rusia ke Ukraina: Pilpres Rusia Digelar 17 Maret | Produksi Senjata AS Pindah ke Ukraina

Global
Peran Besar Inggris dalam Membangun Singapura Jadi Kota Metropolitan

Peran Besar Inggris dalam Membangun Singapura Jadi Kota Metropolitan

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com