Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lahcen Tertunduk di Sudut Apotek, Istri dan 4 Anaknya Tertimbun Puing-puing Gempa Maroko

Kompas.com - 10/09/2023, 07:51 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

MOULAY BRAHIM, KOMPAS.com - Lahcen duduk di sudut apotek desa di Kota Moulay Brahim di pegunungan Atlas Tinggi Maroko, Sabtu (9/9/2023) sore waktu setempat.

Dia tidak bisa dihibur setelah kehilangan istri dan empat anaknya dalam gempa bumi Maroko pada Jumat (8/9/2023) malam waktu setempat.

Tragedi yang menimpa keluarga Lahcen telah menjadi perbincangan semua orang di desa pegunungan yang berjarak sekitar satu jam perjalanan dari pusat kota wisata Marrakesh tersebut.

Baca juga: UPDATE Gempa Maroko, 2.012 Orang Tewas, Pemerintah Umumkan 3 Hari Berkabung

Kepala pria berusia 40 tahun itu tertunduk, tubuhnya meringkuk kesakitan.

"Saya telah kehilangan segalanya," katanya dengan suara yang nyaris tak terdengar kepada AFP.

Sore itu petugas penyelamat belum berhasil menemukan jasad istri dan putranya dari puing-puing bangunan yang dulunya adalah rumah mereka.

Jasad ketiga putri Lahcen yang sudah tak bernyawa sudah diangkut dari reruntuhan.

"Saya tidak bisa melakukan apa-apa saat ini, saya hanya ingin menjauh dari dunia dan berduka," katanya.

Ia sedang berada di luar rumah ketika gempa berkekuatan magnitudo 6,8 mengguncang pada pukul 23.11 waktu setempat.

Gempa terkuat yang pernah melanda negara Afrika Utara ini terakhir dilaporkan telah menewaskan lebih dari 2.000 orang dan melukai lebih dari 2.000 orang, banyak di antaranya dalam kondisi kritis.

Baca juga: WNI Ceritakan Detik-detik Gempa Maroko, Burung Peliharaan Kelabakan, Air Akuarium Hampir Tumpah

Lebih dari separuh korban tewas, 1.293 orang, meninggal di provinsi Al-Haouz di mana pusat gempa tercatat.

Kota Moulay Brahim yang berada di provinsi tersebut juga mendapati lebih dari selusin korban jiwa, dan bahkan dikhawatirkan akan bertambah.

Para petugas penyelamat dengan menggunakan alat berat telah mulai mencari korban yang selamat dan korban jiwa di reruntuhan rumah-rumah yang runtuh pada Sabtu.

Sementara, kuburan digali di sebuah bukit di desa tersebut untuk menguburkan para korban tewas.

"Semua orang kehilangan keluarga"

Hasna, seorang perempuan berusia 40-an, duduk di depan pintu rumahnya yang sederhana di desa itu. Dia masih syok.

Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com