Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dukung Perdamaian Ukraina, Para Pendeta Ortodoks Rusia Hadapi Persekusi

Kompas.com - 13/08/2023, 16:09 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Dari lebih dari 40.000 pendeta di Gereja Ortodoks Rusia, hanya 300 pendeta yang menandatangani surat publik yang menyerukan perdamaian di Ukraina.

Namun, setiap suara publik yang menentang perang sangat penting, kata Natallia Vasilevich, koordinator kelompok hak asasi manusia Christians Against War.

Sejak awal perang, tim Vasilevich menghitung setidaknya terdapat 30 pendeta Ortodoks yang menghadapi tekanan dari otoritas agama atau negara.

Tetapi, kata dia, bukan tak mungkin jumlah kasus itu melebihi dari yang diperkirakan, karena beberapa pendeta takut berbicara tentang represi karena takut hal itu akan mengakibatkan lebih banyak masalah.

Baca juga: Putin Rayakan Malam Natal Gereja Ortodoks Sendiri di Katedral Kremlin

Gereja Ortodoks Rusia menjelaskan bahwa penindasan terhadap para pendeta yang berbicara menentang perang adalah hukuman atas keterlibatan mereka dalam politik.

“Para pendeta yang mengubah diri mereka dari pendeta menjadi agitator politik dan orang-orang yang berpartisipasi dalam perjuangan politik, mereka jelas berhenti memenuhi tugas pastoral mereka dan tunduk pada larangan kanonik,” kata Vakhtang Kipshidze, wakil kepala layanan pers gereja, kepada AP.

Pada saat yang sama, Vasilevich menyampaikan, para pendeta yang secara terbuka mendukung perang di Ukraina tidak menghadapi dampak apa pun dan terlebih lagi didukung oleh negara.

Para pendeta yang menolak untuk bergabung dengan perintah ini atau memilih tetap diam dapat dipindahkan, dan sementara dibebaskan dari tugas mereka.

Namun mereka juga berpotensi untuk dipecat, kehilangan gaji, perumahan, tunjangan, dan yang terpenting pelayanan mereka kepada umat mereka dihentikan.

“Saya tidak pernah mempertanyakan pilihan yang saya buat. Saya, seluruh jiwa saya, seluruh keberadaan saya menentang perang ini. Tidak mungkin bagi saya untuk mendukung invasi pasukan Rusia ke Ukraina lewat doa saya," kata Koval.

Setelah pengadilan Gereja Ortodoks Rusia memutuskan dia dicopot, Koval mengajukan banding ke Patriark Ekumenis Bartholomew dari Konstantinopel, yang telah menegaskan hak untuk menerima petisi banding dari pendeta gereja Ortodoks lainnya, atas keberatan Rusia.

Pada Juni, Dewan Gereja Konstantinopel memutuskan bahwa Koval dihukum karena pendiriannya dalam perang di Ukraina dan memutuskan untuk mengembalikan pangkat keagamaanya. Pada hari yang sama, Bartholomew mengizinkannya untuk melayani di gerejanya.

Pendeta Ioann Burdin juga ingin meninggalkan Gereja Ortodoks Rusia setelah dia menentang perang di sebuah gereja kecil dekat Kostroma.

Pengadilan setempat mendenda dia karena dianggap mendiskreditkan tentara Rusia.

Dia meminta para petinggi gereja untuk menyetujui pemindahannya ke Gereja Ortodoks Bulgaria. Namun, sebaliknya, Kirill melarang dia melakukan pelayanan hingga pendeta itu membuat permintaan maaf publik.

Baca juga: Putin Serukan Gencatan Senjata Selama Natal Ortodoks 6-7 Januari

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

Global
[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

Global
Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Global
Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Global
Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Global
Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Global
Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Global
India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

Global
Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Global
Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Global
Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Global
Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Global
Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Global
Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Global
Gerakan Tenda Mahasiswa Pro-Palestina dan Paradoks Demokrasi AS

Gerakan Tenda Mahasiswa Pro-Palestina dan Paradoks Demokrasi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com