Grup Wagner mulai mengerahkan tentara bayarannya di Sudan pada masa pemerintahan mantan Presiden Omar Al-Bashir pada 2017.
Kala itu, Al-Bashir yang khawatir karena pemerintahannya mulai goyah, terbang ke Moskwa untuk bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin.
Di hadapan Putin, Al-Bashir menawarkan Sudan sebagai "pintu gerbang ke Afrika" untuk Rusia jika Moskwa mau mendukungnya mempertahankan kekuasaan.
Tak lama kemudian, Meroe Gold, perusahaan tambang baru milik perusahaan Rusia M Invest, mulai membawa pakar-pakarnya ke Sudan, negara produsen emas terbesar ketiga di Afrika.
Baca juga: Profil RSF, Pasukan Paramiliter Kuat yang Berani Lawan Militer, Coba Rebut Kekuasaan di Sudan
Akan tetapi, toh Al-Bashir tetap lengser keprabon juga pada 2019 karena diguncang aksi protes skala besar.
Pada 2020, Kementerian Keuangan AS memberikan sanksi kepada M Invest dan Meroe Gold. Berdasarkan penyelidikan, kementerian mengungkapkan bahwa M Invest adalah kedok untuk Grup Wagner.
Ramadi mengungkapkan, kehadiran tentara bayaran Grup Wagner memiliki misi untuk menjaga sumber daya mineral, khususnya sumber daya penambangan emas.
“Dan bertindak sebagai kekuatan pendukung bagi pemerintah Al-Bashir dalam hal melindunginya dari oposisi internasional,” ucap Ramadi.
Baca juga: Pesawat Saudi Diserang di Bandara Khartoum Sudan
Ramadi berucap, setelah Al-Bashir lengser, Prigozhin mencoba menyelaraskan dirinya dengan panglima militer Sudan, Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan.
Akan tetapi, hubungan Prigozhin dan Al-Burhan memburuk setelah tragedi pembantaian Khartoum 2019.
Kepentingan Rusia di Sudan tidak berhenti pada emas. Rusia akan menandatangani perjanjian dengan Sudan untuk membangun pangkalan militer di Port Sudan di Laut Merah. Sebagai gantinya, Rusia akan mengirimkan senjata dan peralatan militer ke Sudan.
Baca juga: Tentara Sudan Bentrok dengan Paramiliter di Khartoum, Kemenlu Pastikan Tidak Ada WNI Jadi Korban
Grup Wagner baru-baru ini menjalin hubungan dengan RSF dan komandannya, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo.
Ramadi mengatakan, hubungan antara kedua belah pihak utamanya ditujukan untuk menciptakan rute penyelundupan emas dari Sudan ke Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).
Dari situ, ucap Ramadi, emas diteruskan ke Rusia sehingga hasilnya dapat mendanai operasi Grup Wagner di Ukraina.
Pada awal 2022, sehari setelah Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina, Dagalo terbang ke Moskwa, membawa fase baru dalam hubungan RSF dengan Grup Wagner.
Baca juga: Mahasiswa Asal Lombok Tengah Terjebak Konflik Militer dan Paramiliter di Sudan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.