Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil RSF, Pasukan Paramiliter Kuat yang Berani Lawan Militer, Coba Rebut Kekuasaan di Sudan

Kompas.com - 17/04/2023, 10:15 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Al Jazeera

KHARTOUM, KOMPAS.com - Militer Sudan dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) terlibat dalam bentrokan untuk berebut kekuasaan atas negara.

Kedua belah pihak mulai saling jual beli serangan pada Sabtu (15/4/2023), dari ibu kota negara, Khartoum, dan sejumlah wilayah di Sudan.

Akibat bentrokan antara militer Sudan dan RSF, sedikitnya 56 warga sipil tewas menurut laporan Persatuan Dokter Sudan, sebagaimana dilansir Al Jazeera, Minggu (16/4/2023).

Baca juga: Tentara Sudan Bentrok dengan Paramiliter di Khartoum, Kemenlu Pastikan Tidak Ada WNI Jadi Korban

Bentrokan antara militer Sudan dan RSF pecah setelah kedua belah pihak seritegang selama berbulan-bulan lamanya.

RSF mengeklaim bahwa pihaknya telah menguasai Istana Kepresidenan Sudan dan Bandara Internasional Khartoum. Kepala militer Sudan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan membantah klaim tersebut.

Mengapa RSF melakukan kudeta dan kenapa kelompok paramiliter ini begitu kuat hingga mampu melawan militer reguler Sudan? Berikut prodil RSF.

Baca juga: Sudan Mencekam, Tentara dan Pasukan Paramiliter Bentrok Berebut Kekuasaan, 25 Tewas

Terbentuknya RSF

RSF merupakan evolusi dari kelompok milisi Janjaweed yang bertempur dalam konflik pada 2000-an di Darfur, Sudan.

Anggota kelompok milisi Janjaweed dipakai oleh Presiden Sudan saat itu, Omar al-Bashir, untuk membantu militer meredam pemberontakan.

Akibat konflik di Darfur, diperkirakan 2,5 juta orang mengungsi dan 300.000 tewas.

Jaksa Pengadilan Pidana Internasional menuduh pejabat pemerintah kala itu dan komandan milisi Janjaweed melakukan genosida, kejahatan perang, dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Darfur.

Seiring waktu, kekuatan kelompok milisi Janjaweed semakin tumbuh. Pada 2013, kelompok milisi ini secara resmi berevolusi dan dinamakan RSF.

Baca juga: Pesawat Saudi Diserang di Bandara Khartoum Sudan

RSF semakin serbaguna. Anggotanya bahkan dipakai sebagai penjaga perbatasan.

Pada 2015, RSF bersama dengan militer Sudan mulai mengirim pasukan untuk berperang di Yaman bersama pasukan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).

Pada tahun yang sama, kelompok tersebut diberi status "pasukan reguler". Pada 2017, undang-undang yang melegitimasi RSF sebagai pasukan keamanan independen disahkan.

Halaman:
Sumber Al Jazeera

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com