JAKARTA, KOMPAS.com – Perang antara Rusia dan Ukraina hampir genap berusia satu tahun pada Jumat (24/2/2023) sejak Moskwa meluncurkan invasinya pada Februari 2022.
Perang di Ukraina telah merenggut ratusan ribu jiwa, membuat jutaan orang harus mengungsi, menghancurkan infrastruktur-infrastruktur, hingga membuat destabilitas global.
Selain itu, perang Rusia dan Ukraina juga berdampak pada perekonomian global. Padahal, dunia tengah mencoba bangkit dari pandemi Covid-19 saat Rusia melancarkan invasinya.
Baca juga: Setahun Invasi Rusia ke Ukraina, Biden dan Putin Belum Ingin Akhiri Perang
Akibat perang di Ukraina, perekonomian global masih babak belur dan terus menghadapi dampak yang menyakitkan. Berbagai krisis menghantam sejumlah komoditas seperti gandum, pupuk, dan energi.
Di Eropa, benua tersebut menghadapi lonjakan harga yang besar dalam beberapa dekade terakhir akibat perang di Ukraina. Ancaman resesi membayangi “Benua Biru”.
Selain itu, ketidakpastian pasokan beberapa komoditas membuat perekonomian global turut mengalami kesulitan, sebagaimana dilansir AP.
Sebagai pengingat, harga minyak global langsung melambung tinggi setelah perang dimulai.
Baca juga: Setahun Invasi, Bagaimana Nasib Tim Olahraga Rusia di Kancah Internasional?
Harga minyak acuan Brent pada 18 Februari 2022 tercatat 96 dollar AS per barel. Harga ini langsung melambung sejak invasi Rusia dimulai dan mencapai 122 dollar AS per barel pada 25 Maret 2022.
Setelah itu, harga minyak acuan Brent sempat turun menyentuh 106 dollar AS pada April 2022. Akan tetapi, setelah itu harganya menanjak hingga mencapai puncaknya pada 10 Juni 2022 yang menembus 127 dollar AS per barel.
Pada Juni 2022, dunia khawatir bahwa minyak pasokan Rusia berkurang di pasar membuat harga semakin tinggi.
Lonjakan harga minyak kemudian berangsur menurun hingga menyentuh 85 dollar AS per barel pada 14 Februari.
Baca juga: Setahun Invasi Rusia ke Ukraina, Jerman Ikut Berubah
Kenaikan berbagai komoditas sejak invasi Rusia dimulai berkontribusi terhadap lonjakan inflasi.
Negara-negara miskin yang sudah kesulitan dengan harga pangan yang tinggi terpukul lebih keras lagi, lapor AP.
Kondisi ini menambah gangguan yang sudah disebabkan oleh pandemi dan menghentikan kemajuan global dalam mengentaskan jutaan orang dari kemiskinan.