BERLIN, KOMPAS.com - Kebijakan militer, luar negeri, dan ekonomi Jerman berubah sejak invasi Rusia pada 24 Februari 2022.
Jerman akan menggelontorkan 100 miliar euro (Rp 1,62 kuadriliun) untuk membenahi militernya, mengirim senjata ke Kyiv, dan menyetop pasokan energi Rusia.
Kini, jelang setahun invasi Rusia ke Ukraina, Kanselir Jerman Olaf Scholz masih berusaha mewujudkan rencananya yang ambisius dan meyakinkan semua rakyatnya.
Baca juga: Olaf Scholz: Putin Tak Pernah Ancam Saya atau Jerman
Didera rasa bersalah atas Holocaust, Jerman pasca-Perang Dunia selalu mengejar pendekatan pasifis ketika menghadapi konflik.
Baru pada 1999 di bawah tekanan berat dari NATO, tentara Jerman bergabung dalam operasi di Kosovo.
Jerman juga lebih dikenal sebagai negara dengan perekonomian kuat di Eropa, bukan kekuatan militer.
Namun, peran ganda Rusia dalam perjalanan sejarah Jerman membuatnya memiliki sudut pandang berbeda.
Rusia adalah bagian Sekutu yang mengakhiri rezim Adolf Hitler, dan Jerman sendiri pernah terbagi antara kapitalis Barat dan komunis Timur selama 50 tahun sebelum penyatuan kembali pada 1990.
Para pemimpin Jerman sebelumya, mulai dari Gerhard Schroeder yang kiri-tengah hingga Angela Merkel yang kanan-tengah, menempuh jalur dialog dan detente (mengurangi ketegangan) dengan Moskwa.
Baca juga: Kisah Keluarga Yahudi yang Dilindungi Hitler dari Holocaust
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.