"KUNCI meraih cita-cita bangsa dan negara ialah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)." Begitu cuplikan kalimat pembuka percakapan arsitek modernisasi Tiongkok, Deng Xiaoping (22 Agustus 1904 – 19 Februari 1997), dengan dua rekannya di Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok di Beijing (Tiongkok), pada 24 Mei 1977.
Jelang akhir 1970-an itu, menurut Deng Xiaoping, tahap kemajuan Tiongkok kira-kira tertinggal 20 tahun dari negara-negara maju di bidang iptek. Deng menyebut Amerika Serikat (AS) dengan sumber daya manusia (SDM) 1.200.000 peneliti, Uni Soviet dengan 900.000 SDM peneliti, dan Tiongkok hanya memiliki 200.000 peneliti yang usia tua, lemah, sakit, dan cacat.
Maka Deng merilis strategi: “Respect knowledge, respect trained personnel!” Perhatikan dan perhitungkan iptek dan SDM terlatih-terdidik.
Deng menyebut contoh keberhasilan Restorasi Meiji di Jepang pada abad 19 M. Cita-cita Jepang tercapai: “Makmurkan rakyat, perkuat angkatan bersenjata” (fukoku kyohei). Deng belajar apa dari strategi iptek Jepang? Syarat politik kemajuan iptek ialah cinta tanah air.
Riset Lincicome (1993:146) menemukan bahwa sistem dan program pendidikan Jepang sejak era Restorasi Meiji meletakan fondasi kokoh karakter patriotik SDM. Slogan pendidikan Jepang masa itu ialah cerdaskan kehidupan bangsa (Bunmei kaika).
Restorasi Meiji (Meiji Ishin) Jepang memadukan model pendidikan AS dan Jerman ke dalam satu model tsugiki pendidikan. Proses pendidikan berkenaan dengan suatu bernyawa; tsugiki adalah konsep paduan dua pohon menjadi satu pohon guna meraih kualitas pohon terbaik (Ken Kempner, et al., 1999).
Misalnya, Jepang mengimpor produk teknologi atau barang kapital dari Eropa. Kemudian pemerintah melatih rakyat Jepang mengembangkan inovasi dan adaptasi teknologi Eropa. Hasilnya, Jepang mengadaptasi teknologi jam asal Swiss, motor asal Inggris, mobil asal Jerman dan AS, dan instrumen-instrumen musik asal Prancis.
Bahkan kultur memproduksi anggur Prancis juga dipelajari orang-orang Jepang. Maka seluruh industri dan teknologi tekstil, jam, motor, musik, dan mobil, dan lain-lain di Jepang hingga awal abad 21, berbasis strategi SDM bidang iptek dan reformasi pendidikan.
Deng Xiaoping dan kini Sekjen Partai Komunis dan Presiden Tiongkok Xi Jinping berhasil meniru strategi iptek Jepang. September 2020, American Academy of Arts and Sciences (AAAS) merilis laporan kemajuan iptek Tiongkok.
Tiongkok merebut posisi teratas dan mengalahkan AS di bidang publikasi jurnal ilmiah, peneliti, dan ahli. Tahun 1999-2015, Tiongkok menurunkan angka kemiskinan (< 1,90 dollar AS/hari) dari 40,3 persen ke level 0,5 persen total penduduk (Kannarkat et al., 2021). Awal abad 21, Tiongkok dan AS, menurut PricewaterhouseCoopers (2015) adalah pusat gravitasi ekonomi dunia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.