Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Kapal Rohingya Digiring ke Indonesia?

Kompas.com - 10/01/2023, 10:17 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Selain itu, aparat penegak hukum perlu melakukan penangkapan pada orang-orang yang terlibat dalam penyelundupan imigran Rohingya, seperti yang dilakukan Polda Aceh pada 2020. 

Tetapi masalahnya, kata Chris, hampir belum pernah ada penyelundup yang ditangkap di Malaysia atau Bangladesh. Ia menduga kuat otoritas Bangladesh tidak peduli dengan persoalan ini.

Perlu ditangani di tempat permasalahan

Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah, mengatakan kepada BBC News Indonesia bahwa penanganan masalah pengungsi tidak bisa diselesaikan dengan apa yang terjadi di lapangan.

Namun kuncinya, kata dia, harus diselesaikan dari tempat permasalahan, apakah itu di wilayah Rakhine atau di Bangladesh.

Baca juga: Truk Jahe Kecelakaan di Myanmar, Ternyata Angkut 70 Warga Rohingya, Mereka pun Ditangkap

Dalam konteks yang lebih besar, menurut Faizasyah, menghentikan konflik yang terjadi di wilayah Rakhine bisa membantu mengatasi masalah pengungsi Rohingya ini.

“Itu belum bisa kita lakukan di saat sekarang tanpa kooperasi atau kerja sama antara pemerintah Myanmar dengan pihak-pihak yang berkonflik,” kata Faizasyah.

Dalam konferensi pers usai pertemuan dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, Senin (9/1/2023), Presiden Joko Widodo tidak membahas tentang pengungsi Rohingya tapi menekankan pentingnya pelaksanaan Lima Poin Konsensus dalam menyelesaikan konflik di Myanmar.

Lima Poin Konsensus adalah kesepakatan yang dibuat oleh sembilan pemimpin ASEAN dan pemimpin junta Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing pada pertemuan tingkat tinggi di Jakarta, 24 April 2021.

Lima poin itu adalah:

  1. Penghentian kekerasan di Myanmar
  2. Dialog antara semua pemangku kepentingan
  3. Penunjukan utusan khusus
  4. Mengizinkan bantuan kemanusiaan oleh ASEAN
  5. Membuka akses bagi utusan khusus ASEAN untuk bertemu dengan semua pemangku kepentingan di Myanmar

Banyak yang menyebut Lima Poin Konsensus ini telah gagal, dan menyarankan agar ASEAN menyerahkan persoalan Myanmar ke PBB.

Baca juga: Dua Pemimpin Rohingya Dibunuh di Kamp Pengungsi Bangladesh

Para pengungsi di tempat penampungan sementara

Sejauh ini, sebanyak 184 pengungsi Rohingya yang mendarat pada hari Minggu (8/1/2023) ditempatkan di tempat penampungan sementara milik dinas sosial di Ladong, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.

Otoritas setempat mengatakan para pengungsi terdiri dari 69 laki-laki dewasa, 75 perempuan, 40 anak – salah satu perempuan tersebut dalam keadaan hamil.

Penanganan para pengungsi dibantu oleh Organisasi Migrasi Internasional (IOM) dan Badan PBB untuk Pengungsi (UNHCR).

Perwakilan UNHCR di Aceh Besar, Diovio Alfad, mengatakan saat ini yang diutamakan ialah pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi yaitu makan, minum, dan obat-obatan.

Sejak November 2022, sedikitnya 656 pengungsi Rohingya mendarat di Aceh.

Kepala Satgas Penanganan Pengungsi, Bambang Pristiwanto, mengatakan pemerintah sedang mencarikan tempat untuk akomodasi tetap para Rohingya di Pekanbaru, Medan, atau Tanjung Pinang.

UNHCR sebelumnya mengatakan bahwa 2022 merupakan tahun paling mematikan bagi para pengungsi Rohingya sejak 2013 dan 2014, ketika lebih dari 900 dan 700 orang dilaporkan meninggal dunia atau hilang.

Baca juga: Apakah Dunia Sudah Lupa Pengungsi Rohingya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com