Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Kapal Rohingya Digiring ke Indonesia?

Kompas.com - 10/01/2023, 10:17 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Menurut Konvensi Internasional tentang Pencarian dan Penyelamatan Maritim (IMO), setiap negara memiliki zona tempat mereka bertanggung jawab untuk melakukan penyelamatan di lautan.

Koordinat GPS mengindikasikan bahwa India sempat menghentikan kapal tersebut dan kemudian mengarahkannya ke Indonesia.

"Para penumpang kapal mengonfirmasinya," kata Chris.

GPS juga menunjukkan bahwa selama sebagian besar waktu kapal tersebut terkatung-katung di lautan, kapal itu berada di wilayah penyelamatan Malaysia.

Baca juga: Ratusan Rohingya Terdampar di Kapal Bocor Lepas Pantai Thailand, Begini Kondisinya

Oleh karena itu pada bulan Desember, sejumlah aktivis termasuk Dokter Tanpa Batas (MSF) meminta pemerintah Malaysia untuk menyelamatkan kapal yang membawa 174 pengungsi tersebut.

“Jadi masalahnya sebenarnya bukan kami yang mengarahkan kapal ke Indonesia. Melainkan pemerintah lain,” kata Chris.

Pasalnya, tidak ada negara di kawasan kecuali Indonesia yang mengizinkan para pengungsi Rohingya untuk turun dari kapal.

Jadi, dia berkata, sangat jelas mengapa para warga Rohingya mendarat di Indonesia, yakni karena tidak ada negara lain yang mau menerima mereka. Tidak Malaysia, tidak Thailand, tidak India.

“Sejauh ini hanya Indonesia yang telah menerima mereka, tetapi tujuan akhir mereka bukan Indonesia. Tujuan akhir mereka adalah Malaysia, tetapi satu-satunya cara mereka bisa tiba di Malaysia adalah dengan mencoba pergi ke Indonesia terlebih dahulu. Dan itu masalah karena, dan juga saya takut, lebih banyak kapal akan melakukan ini,” terang Chris.

Sesampainya di Indonesia, banyak pengungsi yang kemudian membayar hingga puluhan juta rupiah kepada penyelundup manusia demi bergabung dengan keluarga mereka di Malaysia.

Indonesia dan Malaysia sama-sama belum meratifikasi Konvensi Pengungsi 1951, namun Malaysia menjadi negara tujuan utama bagi para pengungsi Rohingya karena berbagai alasan.

Sejak awal Januari, sudah hampir 30 pengungsi melarikan diri dari tempat penampungan sementara di Kota Lhokseumawe.

Aparat setempat mengatakan, tidak tahu pasti tujuan mereka tetapi menduga kuat mereka menuju ke Malaysia.

Baca juga: Jokowi-Anwar Ibrahim Bertemu, Sepakat Lawan Diskriminasi terhadap Sawit

Menurut Chris, ini menunjukkan perlunya respons regional.

Indonesia tidak bisa menjadi satu-satunya negara yang menyelamatkan kapal Rohingya.

“Ini perlu dilakukan dengan berkoordinasi dengan kawasan. Dan itu satu-satunya jalan menurut saya,” ujarnya.

Chris menjelaskan Indonesia bukan satu-satunya negara yang menjadi unwilling transit bagi pengungsi Rohingya.

Thailand juga mengalami masalah yang sama karena sebagian pengungsi Rohingya menyeberang dari Myanmar ke Thailand, sebelum lanjut ke Malaysia.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com