Benjamin Netanyahu sangat menyadari kendala internasional ini. Pastinya Bibi sudah berhitung dengan matang atas kemungkinan-kemungkinan reaksi dari dunia Barat terkait dengan dua isu krusial masing-masing-masing nuklir Iran dan Palestina.
Namun sebagaimana biasanya, Benjamin Netanyahu akan selalu menemukan celah untuk memainkan kartunya.
Salah satunya adalah memanfaatkan ketidakharmonisan pemerintahan Joe Biden dengan Arab Saudi dan beberapa negara Arab lainnya di satu sisi dan Rusia di sisi lain, yang juga sedang sangat tidak harmonis dengan Washington sejak berkecamuknya perang Rusia dengan Ukraina.
Ini adalah salah satu bentuk langkah klasik tapi "brilliant" dari Benjamin Netanyahu dalam memanfaatkan situasi.
Bibi akan memperkokoh kerja sama dengan negara-negara Arab yang terancam oleh rencana kepemilikan senjata nuklir Iran untuk mendapatkan legitimasi internasional atas penolakan keras Israel, dengan konsesi isu Palestina.
Di satu sisi, Israel akan menjadi sekutu utama Arab Saudi dan UEA dalam menentang dominasi Iran di Timur Tengah. Di sisi lain, Israel juga akan berusaha menggiring mereka untuk tidak peduli dengan opsi "two states solution" yang ditawarkan Washington dan Uni Eropa.
Sementara itu, Netanyahu yang di masa lalu merupakan tentara di unit operasi khusus elite Sayeret Matkal yang menyelamatkan sebuah pesawat jet yang dibajak di bandara Tel Aviv pada tahun 1972, secara diplomatis dan retoris akan tetap sesumbar bahwa pemerintahannya adalah mitra utama Amerika Serikat dan Uni Eropa di Timur Tengah.
Setidaknya untuk membuat anggaran bantuan untuk Israel tetap tercantum di dalam setiap rencana anggaran tahunan yang diajukan Gedung Putih.
Dan seperti biasanya, Amerika Serikat dan Uni Eropa pun demikian, tidak bisa berbuat banyak untuk mencegah Benjamin Netanyahu bermanuver.
Apalagi di saat hubungan Gedung Putih dengan Arab Saudi sedang memburuk. Jalan terbaik bagi Washington adalah tetap bersama Israel, terlepas siapapun penguasanya.
Artinya, seburuk apapun perkembangan isu Iran dan Palestina, Israel akan tetap menjadi mintra strategis Amerika Serikat di Timur Tengah. Dan di tangan Benjamin Netanyahu, Isreal akan menjadi "golden boy" sekaligus "bad boy" bagi Washington.
Benjamin Netanyahu akan mengekploitasi setiap inchi kesempatan yang ada di tengah-tengah dilema tersebut.
Dari semua pemimpin dan calon pemimpin yang ada di Israel hari ini, memang hanya Benjamin putra sejarawan Benzion Netanyahu itu yang memiliki kemampuan strategis tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.