Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Netanyahu is Back

Kompas.com - 01/01/2023, 09:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Benjamin Netanyahu sangat menyadari kendala internasional ini. Pastinya Bibi sudah berhitung dengan matang atas kemungkinan-kemungkinan reaksi dari dunia Barat terkait dengan dua isu krusial masing-masing-masing nuklir Iran dan Palestina.

Namun sebagaimana biasanya, Benjamin Netanyahu akan selalu menemukan celah untuk memainkan kartunya.

Salah satunya adalah memanfaatkan ketidakharmonisan pemerintahan Joe Biden dengan Arab Saudi dan beberapa negara Arab lainnya di satu sisi dan Rusia di sisi lain, yang juga sedang sangat tidak harmonis dengan Washington sejak berkecamuknya perang Rusia dengan Ukraina.

Ini adalah salah satu bentuk langkah klasik tapi "brilliant" dari Benjamin Netanyahu dalam memanfaatkan situasi.

Bibi akan memperkokoh kerja sama dengan negara-negara Arab yang terancam oleh rencana kepemilikan senjata nuklir Iran untuk mendapatkan legitimasi internasional atas penolakan keras Israel, dengan konsesi isu Palestina.

Di satu sisi, Israel akan menjadi sekutu utama Arab Saudi dan UEA dalam menentang dominasi Iran di Timur Tengah. Di sisi lain, Israel juga akan berusaha menggiring mereka untuk tidak peduli dengan opsi "two states solution" yang ditawarkan Washington dan Uni Eropa.

Sementara itu, Netanyahu yang di masa lalu merupakan tentara di unit operasi khusus elite Sayeret Matkal yang menyelamatkan sebuah pesawat jet yang dibajak di bandara Tel Aviv pada tahun 1972, secara diplomatis dan retoris akan tetap sesumbar bahwa pemerintahannya adalah mitra utama Amerika Serikat dan Uni Eropa di Timur Tengah.

Setidaknya untuk membuat anggaran bantuan untuk Israel tetap tercantum di dalam setiap rencana anggaran tahunan yang diajukan Gedung Putih.

Dan seperti biasanya, Amerika Serikat dan Uni Eropa pun demikian, tidak bisa berbuat banyak untuk mencegah Benjamin Netanyahu bermanuver.

Apalagi di saat hubungan Gedung Putih dengan Arab Saudi sedang memburuk. Jalan terbaik bagi Washington adalah tetap bersama Israel, terlepas siapapun penguasanya.

Artinya, seburuk apapun perkembangan isu Iran dan Palestina, Israel akan tetap menjadi mintra strategis Amerika Serikat di Timur Tengah. Dan di tangan Benjamin Netanyahu, Isreal akan menjadi "golden boy" sekaligus "bad boy" bagi Washington.

Benjamin Netanyahu akan mengekploitasi setiap inchi kesempatan yang ada di tengah-tengah dilema tersebut.

Dari semua pemimpin dan calon pemimpin yang ada di Israel hari ini, memang hanya Benjamin putra sejarawan Benzion Netanyahu itu yang memiliki kemampuan strategis tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com