Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Netanyahu is Back

Partai Likud yang dipimpin Benjamin Netanyahu yang dikenal juga dengan sebutan Bibi itu memenangkan 32 kursi, sementara partai Ultra-Ortodoks mendapatkan 18 kursi, dan aliansi sayap kanan lainnya meraih 14 kursi.

Di sisi lain, Yair Lapid Ketua Partai Yesh Atid dengan sekutunya hanya mampu meraih 51 kursi, yang memosisikan mereka kembali ke jalur opisisi.

Jadi Bibi merupakan perdana menteri yang paling lama menjabat di tanah Abrahamic itu kembali menduduki jabatannya sebagai pemimpin yang kali ini dicap oleh banyak pihak sebagai pemerintahan paling kanan dalam 74 tahun sejarah berdirinya Israel.

Meskipun respons dunia internasional kurang terlalu positif, tapi secara umum telah menyatakan bersedia bekerja sama dengan pemerintahan baru yang dibentuk oleh Benjamin Netanyahu karena buah dari pemilihan yang berlangsung secara demokratis.

Namun demikian, baik Israel maupun Amerika Serikat dan Uni Eropa, akan semakin kesulitan untuk menemukan kata sepakat dalam dua isu kunci terkait dengan Israel, yakni isu Palestina dan Iran.

Di satu sisi, Amerika Serikat di bawah pemerintahan Joe Biden dan Uni Eropa masih berkeyakinan bahwa "two states solution" adalah jalan terbaik bagi Israel dalam meraih titik keseimbangan permanen dengan Palestina.

Untuk itu, arah dan spirit kebijakan strategis Amerika Serikat maupun Uni Eropa akan lebih banyak memberi porsi kepada pendekatan diplomasi dan negosiasi yang akan membuka peluang pendirian negara Palestina yang diharapkan kelak akan berdampingan dengan negara Israel.

Sementara itu, arah dan spirit kebijakan strategis Benjamin Netahanyu adalah sebaliknya. Kesepakatan "Abraham Accord" yang berhasil ditorehkan di era Benjamin Netanyahu sebelumnya adalah bukti nyata atas arah kebijakan Netanyahu itu.

Meskipun kesepakatan tersebut tidak secara eksplisit mengeliminasi eksistensi Palestina, normalisasi hubungan diplomatis antara Israel dan beberapa negara muslim Arab dan Afrika secara de facto lebih mengokohkan pengakuan dunia internasional atas kedaulatan negara Israel di satu sisi dan memperkecil kemungkinan terealisasinya "two states solution" di sisi lain.

Namun, hal tersebut pada akhirnya bisa diwujudkan oleh Benjamin Netanyahu yang pada masa lalu pernah tinggal di Philadelphia Amerika Serikat itu, karena adanya dukungan penuh kala itu dari Presiden Donald Trump dan pemerintahan yang dikuasai Partai Republik di Amerika Serikat.

Kini situasinya sama sekali tidak sama. Presiden Amerika Serikat saat ini, Joe Biden, yang pernah selama delapan tahun sebagai wakilnya Presiden Barack Obama yang kebijakannya hampir selalu berseberangan dengan Benjamin Netanyahu, sedang "in charge" di Gedung Putih. Artinya, gagasan “two states solution" juga sedang "on the table" di Washington.

Begitu juga dengan arah kebijakan strategis Benjamin Netanyahu terhadap Iran. Perpaduan antara narasi frontal, konfrontatif, dan pendekatan nondiplomasi dengan aksi-aksi koboi ala intelijen Israel untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir akan mewarnai relasi kedua negara selama Benjamin Netanyahu berkuasa.

Sebenarnya pilihan sikap itu tidak terlalu berbeda dengan kepentingan dunia Barat (Amerika Serikat dan Uni Eropa), yang juga tidak menginginkan Iran memiliki senjata nuklir. Yang membedakannya adalah faktor pendekatannya.

Netanyahu akan menutup opsi diplomasi dengan Iran, sementara Uni Eropa dan Amerika Serikat masih percaya bahwa kesepakatan bisa diraih melalui jalur diplomasi.

Benjamin Netanyahu sangat menyadari kendala internasional ini. Pastinya Bibi sudah berhitung dengan matang atas kemungkinan-kemungkinan reaksi dari dunia Barat terkait dengan dua isu krusial masing-masing-masing nuklir Iran dan Palestina.

Namun sebagaimana biasanya, Benjamin Netanyahu akan selalu menemukan celah untuk memainkan kartunya.

Salah satunya adalah memanfaatkan ketidakharmonisan pemerintahan Joe Biden dengan Arab Saudi dan beberapa negara Arab lainnya di satu sisi dan Rusia di sisi lain, yang juga sedang sangat tidak harmonis dengan Washington sejak berkecamuknya perang Rusia dengan Ukraina.

Ini adalah salah satu bentuk langkah klasik tapi "brilliant" dari Benjamin Netanyahu dalam memanfaatkan situasi.

Bibi akan memperkokoh kerja sama dengan negara-negara Arab yang terancam oleh rencana kepemilikan senjata nuklir Iran untuk mendapatkan legitimasi internasional atas penolakan keras Israel, dengan konsesi isu Palestina.

Di satu sisi, Israel akan menjadi sekutu utama Arab Saudi dan UEA dalam menentang dominasi Iran di Timur Tengah. Di sisi lain, Israel juga akan berusaha menggiring mereka untuk tidak peduli dengan opsi "two states solution" yang ditawarkan Washington dan Uni Eropa.

Sementara itu, Netanyahu yang di masa lalu merupakan tentara di unit operasi khusus elite Sayeret Matkal yang menyelamatkan sebuah pesawat jet yang dibajak di bandara Tel Aviv pada tahun 1972, secara diplomatis dan retoris akan tetap sesumbar bahwa pemerintahannya adalah mitra utama Amerika Serikat dan Uni Eropa di Timur Tengah.

Setidaknya untuk membuat anggaran bantuan untuk Israel tetap tercantum di dalam setiap rencana anggaran tahunan yang diajukan Gedung Putih.

Dan seperti biasanya, Amerika Serikat dan Uni Eropa pun demikian, tidak bisa berbuat banyak untuk mencegah Benjamin Netanyahu bermanuver.

Apalagi di saat hubungan Gedung Putih dengan Arab Saudi sedang memburuk. Jalan terbaik bagi Washington adalah tetap bersama Israel, terlepas siapapun penguasanya.

Artinya, seburuk apapun perkembangan isu Iran dan Palestina, Israel akan tetap menjadi mintra strategis Amerika Serikat di Timur Tengah. Dan di tangan Benjamin Netanyahu, Isreal akan menjadi "golden boy" sekaligus "bad boy" bagi Washington.

Benjamin Netanyahu akan mengekploitasi setiap inchi kesempatan yang ada di tengah-tengah dilema tersebut.

Dari semua pemimpin dan calon pemimpin yang ada di Israel hari ini, memang hanya Benjamin putra sejarawan Benzion Netanyahu itu yang memiliki kemampuan strategis tersebut.

https://www.kompas.com/global/read/2023/01/01/092513970/netanyahu-is-back

Terkini Lainnya

 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke