Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Iran Salahkah AS sebagai Pemicu Protes Anti-pemerintah, Ini yang Dikatakan

Kompas.com - 28/12/2022, 09:44 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

TEHERAN, KOMPAS.com - Presiden Iran Ebrahim Raisi mengecam Amerika Serikat (AS) dan sekutunya pada Selasa (27/12/2022), dengan menuduh mereka mengobarkan protes anti-pemerintah yang telah berlangsung di Iran selama lebih dari tiga bulan.

Iran telah diguncang oleh protes massal sejak pertengahan September atas kematian Mahsa Amini.

Mahas Amini adalah seorang wanita Kurdi Iran berusia 22 tahun yang meninggal setelah ditahan oleh polisi moral Iran.

Baca juga: Elon Musk Aktifkan 100 Starlink di Iran

Protes dengan cepat meningkat menjadi seruan untuk menggulingkan teokrasi Iran, yang didirikan setelah revolusi 1979, menandai salah satu tantangan terbesar bagi pemerintahan ulama Iran dalam lebih dari empat dekade.

Setidaknya 507 pengunjuk rasa telah tewas dan lebih dari 18.500 orang telah ditangkap, menurut Aktivis Hak Asasi Manusia di Iran, sebuah kelompok yang memantau kerusuhan itu dengan cermat.

Sementara, pihak berwenang Iran belum merilis angka untuk orang yang terbunuh atau ditangkap dalam demonstrasi.

Berbicara pada upacara peringatan pemakaman 400 tentara yang tewas dalam perang Iran-Irak tahun 1980-an, Raisi mengatakan upaya musuh-musuh bangsa –merujuk pada Amerika Serikat dan sekutunya– yang berupaya menekan Iran dalam serangkaian demonstrasi anti-pemerintah telah gagal.

Otoritas Iran masih menyalahkan kerusuhan itu pada musuh asing mereka, termasuk AS dan Israel.

Baca juga: Iran Ubah Rute Pesawat yang Angkut Istri Legenda Timnas Ali Daei

“Dalam kerusuhan baru-baru ini, arogansi (AS dan sekutunya) ditampilkan dengan segala kekuatannya, tetapi semua tekanan terhadap republik secara resmi telah gagal,” ucap dia, dikutip dari Asharq Al-Awsat.

Sebelumnya pada bulan Desember, Iran telah mengeksekusi dua tahanan, keduanya berusia 23 tahun dan didakwa sehubungan dengan protes massal.

Yang pertama adalah Mohsen Shekari, yang dituduh oleh pengadilan Iran memblokir jalan di Teheran dan menyerang seorang anggota pasukan keamanan negara itu dengan parang.

Yang kedua adalah Majidreza Rahnavard, yang tubuhnya dibiarkan tergantung di derek konstruksi sebagai peringatan mengerikan bagi orang lain.

Pihak berwenang Iran menuduh Rahnavard telah menikam dua anggota pasukan paramiliternya.

Eksekusi tersebut memicu protes internasional.

Dilaporkan, puluhan orang lainnya masih dalam daftar untuk dieksekusi.

Upacara pemakaman pada hari Selasa kemarin nyatanya diadakan hanya berselang beberapa hari sebelum peringatan 3 tahun militer Iran menjatuhkan pesawat penumpang Ukraina dengan dua rudal darat-ke-udara.

Baca juga: Iran Tangkap Sejumlah Orang Berkewarganegaraan Ganda, Dituding Terlibat Demo

Tembakan itu menewaskan semua 176 orang di dalamnya.

Ini menjadi tragedi yang memicu ledakan kerusuhan di seluruh Iran dan selanjutnya merusak hubungannya dengan Barat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com