KUALA LUMPUR, KOMPAS.com – Anwar Ibrahim akhirnya berhasil mewujudkan ambisinya menjadi Perdana Menteri Malaysia setelah menunggu selama 24 tahun.
Pemerintahan Anwar yang memasuki usia sebulan pada Sabtu (24/12/2022) bergerak cepat dengan mengumumkan kabinet reformis, dan menerapkan sejumlah kebijakan terutama untuk mengatasi beban biaya hidup yang terus meningkat di "Negeri Jiran”.
Berkawinnya dua koalisi besar yang selama ini merupakan musuh bebuyutan politik masih mengejutkan warga Malaysia.
Baca juga: PM Anwar Ibrahim Tinjau Proyek Milliaran Dollar AS yang Disetujui Pendahulunya
Koalisi multi-etnik Pakatan Harapan pimpinan Anwar membangun perkawinan politik tidak terduga dengan koalisi Malay nasionalis Barisan Nasional.
Padahal, Pakatan Harapan dibentuk untuk mengakhiri rezim Barisan Nasional yang memimpin Malaysia selama 61 tahun hingga kekalahan mengejutkan pada pemilu Mei 2018.
Pertanyaan terbesar yang muncul adalah berapa lama koalisi yang diberi nama pemerintahan Persatuan Nasional ini dapat bertahan?
Dukungan 30 kursi dari partai terbesar Malaysia itu memberikan mayoritas yang diperlukan Anwar di Dewan Rakyat.
Sokongan politik UMNO tidak terlepas dari dekatnya hubungan antara Anwar dengan Presiden UMNO Ahmad Zahid Hamidi. Kedua politisi ini adalah teman lama seperjuangan ketika bersama di UMNO.
Zahid diketahui memberikan dukungan terbuka membela Anwar ketika mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad mencopot Anwar sebagai deputinya pada September 1998.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.