Pekerja konstruksi asal Filipina Jovanie Cario, satu di antaranya. Ketika perusahaannya berhenti membayarnya pada tahun 2018, ia sengaja ditangkap agar ia bisa makan gratis di penjara.
Cario, yang menghabiskan enam tahun di Qatar, mengatakan itu adalah taktik umum di antara para migran Filipina yang berjuang untuk bertahan hidup.
Pekerja yang lapar akan menunjukkan dokumen yang sudah tidak berlaku kepada polisi Qatar, yang akan mengunci mereka selama satu malam, memberi mereka makan, dan kemudian membiarkan mereka pergi. "Ketika kami dibebaskan dan kembali ke tempat tinggal kami, perut kami sudah kenyang."
Cario tiba di Qatar pada 2012, dua tahun setelah negara itu dinobatkan sebagai tuan rumah Piala Dunia. Ia memasang panel kaca dan aluminium di beberapa proyek konstruksi, termasuk Stadion Lusail berkapasitas 80.000 kursi dekat Doha, di mana final akan diadakan pada 18 Desember.
Tapi hanya Kalladi yang pulang ke India. Setelah melalui banyak waktu kerja yang panjang dan melelahkan, ayahnya yang berusia 50 tahun pingsan dan meninggal di kamp tempat mereka tinggal.
Kondisi kerja "tidak baik sama sekali," katanya, menggambarkan jam kerja yang panjang dan lembur yang dibayar rendah.
Ayahnya, seorang sopir, "biasa berangkat kerja jam 3 pagi dan pulang jam 11 malam," katanya.
Baca juga: 3 Budaya Khas Qatar, Suporter Piala Dunia Wajib Tahu
Keduanya pergi ke negara Teluk itu berharap untuk membangun kehidupan yang lebih baik untuk diri mereka sendiri. Namun setelah membawa jenazah ayahnya pulang ke negara bagian Telangana di India Selatan, Kalladi tidak pernah kembali ke Qatar.
Pekerja asal Bangladesh Babu Sheikh mengalami kecelakaan naas. Ia jatuh dari ketinggian empat meter dan tengkorak kepalanya retak.
Ia menghabiskan empat bulan dalam keadaan koma di rumah sakit. Ketika sadar, dia buta.
Butuh 18 bulan sebelum ia bisa meninggalkan rumah sakit, dengan tagihan membengkak yang dibayar oleh keluarganya. Otoritas Qatar menuntut majikannya tetapi kasusnya dibatalkan dan ia tidak pernah menerima kompensasi apa pun, katanya.
Syekh kini lebih sering duduk diam di halaman depan rumahnya. Kadang-kadang putranya membawanya ke pasar terdekat atau ke warung teh di sore hari di mana ia mengobrol dengan teman-teman masa kecilnya.
Baca juga: TV China Sensor Siaran Piala Dunia Qatar, Adegan Penonton Tanpa Masker Hilang
Artikel ini pernah dimuat di VOA Indonesia dengan judul Pekerja Imigran di Qatar dan Impian Mereka yang Kandas.