Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Rusia Ada Mata Pelajaran Wajib tentang Patriotisme

Kompas.com - 10/11/2022, 20:01 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: Sergey Satanovskiy/DW Indonesia

MOSKWA, KOMPAS.com - Selama dua bulan terakhir, bersamaan dengan kewajiban mengibarkan bendera, sekolah-sekolah di Rusia memulai mata pelajaran wajib bernama "Pembahasan hal-hal penting".

Kementerian pendidikan yang memberikan rincian, apa saja hal-hal penting tersebut. Isinya adalah legitimasi invasi Rusia ke Ukraina dan tentang patriotisme Rusia.

Kadang mata pelajaran juga mengaitkan tema ini dengan hari-hari besar di Rusia, seperti Hari Ibu, Hari Ayah, dan Hari Generasi Tua.

Baca juga: Invasi ke Ukraina Masuk dalam Buku Pelajaran Rusia, Versi Mana yang Dipakai?

Pada Hari Guru misalnya, para siswa diberitahu mengapa pendudukan wilayah Ukraina oleh pasukan Rusia adalah "keadilan sejarah": karena Ukraina dulu adalah "wilayah Rusia."

"Rusia terus-menerus diserang oleh orang lain, dan semua orang ingin menghancurkan negara ini,” kata seorang siswa sekolah menengah dari Kaliningrad, mengutip ulasan kepala sekolahnya di kelas wajib "Pembahasan hal-hal penting" bulan lalu.

Yelena Zholiker, rumahnya digrerebek karena anaknya melewatkan mata pelajaran wajib di sekolah.DOK YELENA ZHOLIKER via DW INDONESIA Yelena Zholiker, rumahnya digrerebek karena anaknya melewatkan mata pelajaran wajib di sekolah.
Diinterogasi karena tidak ikut pelajaran wajib

Orangtua yang ingin menjauhkan anak-anak mereka dari pelajaran wajib ini bisa mendapat masalah.

Misalnya Varya Sholiker yang berusia 10 tahun dan melewatkan pejaran "Percakapan tentang hal-hal penting" di sekolahnya di Moskwa. Keluarganya dilaporkan ke Kantor Kesejahteraan Pemuda dan dipaksa mengikuti konseling psikologis.

Sebuah komisi di sekolah juga membahas perilaku putrinya, kenang ibunya Yelena Sholiker. Seorang perwakilan dari manajemen sekolah, seorang psikolog, dan seorang pria yang diyakini sebagai anggota dinas intelijen dalam negeri FSB mengatakan kepadanya, mereka prihatin dengan kegagalan Varya untuk mengambil bagian dalam "Percakapan tentang hal-hal penting."

Setelah wawancara di sekolah dan dengan polisi, para inspektur menggeledah rumah keluarga itu.

Dalam laporan mereka ditulis, keluarga ini "menunjukkan warna mencurigakan" dalam desain interiornya. Polisi juga mengatakan mereka menemukan kanal-kanal ekstremis di laptop Yelena Sholiker, dan sang ibu tidak dapat memberikan penjelasan.

Baca juga: Buku Pelajaran Terbaru Hong Kong Utak-atik Sejarah, Klaim Hong Kong Tak Pernah Dijajah Inggris

Raushan Valliulin, guru sekolah, memilih pindah ke Kirgistan.DOK RAUSHAN VALLIULIN via DW INDONESIA Raushan Valliulin, guru sekolah, memilih pindah ke Kirgistan.
Pilihan sulit bagi guru

Guru sekolah Raushan Valliulin mengkritik campur tangan negara dalam pekerjaannya sebagai pelanggaran Pasal 13 Konstitusi Federasi Rusia, yang melarang ideologi koersif.

Sekolah lalu memecatnya. Tetapi dia menang di pengadilan dan harus dipekerjakan lagi sebagai guru. Dia memutuskan untuk berhenti mengajar dan pindah pindah ke Kirgistan.

"Semua pernyataan melawan perang dilarang," katanya. "Saya punya beberapa anak, dan saya harus bertindak secara bertanggung jawab."

Pelajaran patriotisme itu menimbulkan dilema yang sulit, tidak hanya bagi orangtua, melainkan juga bagi para guru.

"Dulu hanya ada kasus terisolasi dari guru yang dianiaya karena pernyataan di jejaring sosial dan partisipasi dalam rapat umum, tetapi tampaknya sekarang hal itu telah dilembagakan," kata ketua Aliansi Guru Rusia, Daniil Ken. Karena sikapnya, Daniil Ken bulan September lalu diklasifikasikan sebagai "agen asing" oleh pihak berwenang.

Baca juga: Krisis Rusia Vs Ukraina dan Pelajaran Awal bagi Indonesia

Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Mata Pelajaran Wajib Tentang Patriotisme untuk Siswa Rusia.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com