TOKYO, KOMPAS.com - Washington Post pada Kamis (3/3/2022) menulis, Jepang memberi China pelajaran dengan menjatuhkan sanksi untuk Rusia atas invasi ke Ukraina.
Jepang dalam beberapa hari terakhir mengumumkan serangkaian sanksi agresif untuk menghukum Rusia, dan menurut para pejabat Amerika Serikat (AS) serta Asia, itu juga untuk memberi sinyal ke China.
“Kami ingin menunjukkan apa yang terjadi ketika suatu negara menginvasi negara lain,” kata seorang pejabat Jepang, yang seperti lainnya berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas masalah tersebut.
Baca juga: Rusia Mulai Rasakan Parahnya Dampak Sanksi dan Boikot atas Serangan ke Ukraina
Jepang sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia membekukan akses Rusia ke puluhan miliar dollar cadangan mata uangnya yang disimpan di bank sentral di Tokyo.
"Negeri Sakura" juga bergabung dengan negara-negara G7 dan Australia untuk mencoret beberapa bank Rusia dari sistem pesan antar-bank global yang dikenal sebagai SWIFT, dan membekukan aset para pejabat serta elite Rusia. Individu dan organisasi dari Belarus pun tak luput dari sanksi Jepang.
Negara-negara Asia Timur lainnya kemudian mengikuti.
Korea Selatan pada Senin (28/2/2022) mengumumkan, akan memperketat kontrol ekspor terhadap Rusia dan bergabung dengan SWIFT untuk memutus beberapa bank.
Singapura yang berusaha menghindari perselisihan dengan negara-negara kuat dunia, juga menyatakan akan memberlakukan kontrol ekspor pada barang-barang yang dapat digunakan sebagai senjata melawan Ukraina, serta memblokade bank-bank Rusia tertentu juga transaksi keuangan.
Kemudian Taiwan, pulau demokrasi dengan pemerintahan sendiri yang diklaim Beijing sebagai miliknya, mengatakan bahwa perusahaan chip terkemuka kelas dunianya akan menghentikan ekspor ke Rusia dan bersekutu dengan Barat dalam sanksi SWIFT.
Ini adalah momen penting bagi Taiwan, yang ingin menunjukkan bahwa mereka dapat bergabung dengan aliansi negara-negara demokrasi, kata para analis.
Baca juga: Mengenal SWIFT, Sistem Keuangan Global yang Dipelintir Barat untuk Tekan Rusia
Jepang dan negara-negara lain seperti Singapura mengatakan, penting untuk mempertahankan prinsip kedaulatan negara, dan sanksi terhadap kekuatan besar mengubah keterbatasan negara-negara yang lebih kecil.
“Invasi baru-baru ini ke Ukraina oleh Rusia merusak fondasi tatanan internasional sebagai upaya untuk secara sepihak mengubah status quo dengan paksa,” kata Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pekan ini.
“Sangat penting bagi Jepang untuk bersatu dengan G7 dan komunitas internasional yang lebih luas serta mengambil tindakan tegas sebagai tanggapan.”
Evolusi Jepang tentang sanksi patut dicatat. Mereka biasa saja dalam pencaplokan Rusia atas Crimea dari Ukraina pada 2014, dan empat tahun kemudian seorang diri di antara negara-negara G7 dalam menolak mengusir intelijen Rusia setelah percobaan pembunuhan Moskwa terhadap mantan mata-mata Rusia di Inggris.