Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Rusia Serbu Bank, Waswas Sanksi SWIFT Buat Nilai Mata Uang Rubel Anjlok

Kompas.com - 28/02/2022, 13:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

MOSKWA, KOMPAS.com - Warga Rusia bersiap menghadapi kepanikan ekonomi ketika pasar dibuka pada Senin (28/2/2022) pagi, setelah rubel diperkirakan akan anjlok setidaknya 25 persen, karena AS dan Uni Eropa mengumumkan sanksi SWIFT selama akhir pekan.

Langkah-langkah tersebut menyasar bank sentral Rusia, yang telah melakukan intervensi untuk menopang nilai rubel, setelah perintah Vladimir Putin untuk menyerang Ukraina.

Baca juga: Mengenal SWIFT, Sistem Keuangan Global yang Dipelintir Barat untuk Tekan Rusia

Sanksi terbaru AS dan sekutu juga menandai untuk pertama kalinya bank-bank Rusia dikeluarkan dari sistem pembayaran internasional SWIFT.

Bank-bank besar Rusia seperti Sberbank dan VTB Bank telah meyakinkan pelanggan, bahwa mereka akan dapat mengakses deposito rubel dan melakukan pertukaran ke mata uang asing seperti dollar dan euro.

Tetapi Bank Sentral Eropa mengatakan pada Senin (28/2/2022) pagi bahwa Sberbank Europe, anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh Sberbank Rusia, yang mayoritas dimiliki warga Rusia, kemungkinan akan lupuh secara operasional bersama dengan unit Kroasia dan Slovenia.

“Sberbank Europe AG dan anak perusahaannya mengalami arus keluar simpanan yang signifikan, sebagai akibat dari dampak reputasi ketegangan geopolitik,” kata ECB dalam sebuah pernyataan. “Ini menyebabkan penurunan posisi likuiditasnya.

“Tidak ada langkah-langkah yang tersedia dan peluang realistis untuk memulihkan posisi ini di tingkat grup dan di setiap anak perusahaannya dalam serikat perbankan.”

Baca juga: Dipangkas dari Sistem SWIFT, Rusia Disebut Bakal Jadi “Paria” dalam Ekonomi Global

Turbulensi ekonomi - yang juga menyebabkan harga minyak mentah Brent berjangka melonjak 7 persen pada Senin (28/2/2022) - akan menjadi momen penting saat gravitasi krisis di Ukraina menghantam rumah bagi banyak orang Rusia biasa.

“Ini akan menjadi sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya,” kata Sergei Guriev, profesor ekonomi di Sciences Po Perancis dan mantan kepala ekonom Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan.

Video beredar di media sosial tentang antrean panjang di beberapa ATM Rusia terlihat sejak Minggu (27/2/2022) pagi, meskipun perburuan mata uang diperkirakan akan dimulai pada Senin (28/2/2022) saat pasar dibuka.

https://twitter.com/TheSun_NI/status/1497681573344333825?t=QYyVg9riNgybLb3F39P64w&s=08

Risiko resesi ekonomi invasi

Sudah ada tanda-tanda bahwa nilai rubel telah jatuh.

Pada Minggu (27/2/2022) malam, Bank Tinkoff Rusia membeli dolar seharga 89 rubel dan menjualnya seharga 154, hampir dua kali lipat dari harga tiga minggu lalu.

Sanksi terhadap bank sentral Rusia, yang oleh para ahli disebut “belum pernah terjadi sebelumnya”, dapat menghentikan atau membatasi intervensi untuk menopang nilai mata uang.

Ini akan membuatnya lebih sulit untuk melindungi Rusia dari reaksi ekonomi invasi.

Baca juga: 14 Negara Pendukung Ukraina dalam Perang Vs Rusia

“Sanksi kepada bank sentral belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Maria Shagina dari Institut Urusan Internasional Finlandia dan Jaringan Sanksi Internasional Jenewa sebagaimana dilansir Guardian pada Senin (28/2/2022).

Halaman:
Sumber Guardian
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com