Jalan perdamaian memang harus diambil, sekarang ini. Sebab, "Kita hidup di saat ketika umat manusia, terhubung tidak seperti sebelumnya, tampak jauh lebih terpecah daripada bersatu ... kita terus menemukan diri kita berada di ambang jurang yang rapuh dan kita tidak ingin jatuh."
Ini adalah paradoks yang mencolok bahwa, sementara mayoritas penduduk dunia bersatu dalam menghadapi kesulitan yang sama, menderita dari krisis pangan, ekologi, dan pandemi, serta ketidakadilan global yang semakin memalukan, beberapa penguasa terperangkap dalam perjuangan tegas untuk kepentingan partisan.
Baca juga: NU Buka Peluang Forum R20 Lebarkan Sayap Rangkul Kelompok Ekstrem
Kita tampaknya menyaksikan skenario dramatis dan kekanak-kanakan: di taman kemanusiaan, alih-alih mengolah lingkungan kita, kita malah bermain dengan api, misil, dan bom, senjata yang membawa kesedihan dan kematian, menutupi rumah kita bersama dengan abu dan kebencian.
Maka kata Paus dalam pidatonya pada penutupan forum dialog, "Mari kita saling mendukung; mari kita tindak lanjuti pertemuan kita hari ini; mari kita jalan bersama! Kita akan diberkati oleh Yang Mahatinggi dan oleh makhluk terkecil dan rentan yang kepadanya Dia memiliki cinta istimewa: orang miskin, anak-anak dan orang muda, yang setelah begitu banyak malam yang gelap menunggu terbitnya fajar cahaya dan kedamaian" (Libreria Editrice Vaticana).
Kita pun di negeri ini, kiranya perlu semakin menyadari dan menerima sepenuh hati bahwa keberagaman keyakinan adalah fakta. Karena itu, memaksakan keyakinan seseorang kepada orang lain merupakan pelanggaran terhadap martabat kemanusiaan.
Bukankah, umat beragama harus mempunyai jiwa yang lapang untuk melihat seluruh umat manusia sebagai sesama saudara meskipun memakai jubah berbeda. Nasihat para bijak bestari, manusia beragama harus berusaha menaklukkan diri, meredam nafsu, dan menghentikan ambisi liarnya, khususnya menganggap diri layak mewakili Tuhan, atau berperan sebagai Tuhan.
Sebab, hal semacam itu adalah musuh bersama umat manusia, dan bertentangan dengan misi perdamaian agama-agama.
Baca juga: Antara Roma dan Manama: Mempertegas Ikatan Persaudaraan (Bagian I)
Baca juga: Antara Roma dan Manama: Kecil tapi Sangat Strategis (Bagian 2)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.