Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Antara Roma dan Manama: Agama Sumber Solusi Bukan Masalah (Bagian Terakhir)

Kedua forum itu, sepertinya hendak mengingatkan siapa saja bahwa dengan siapa saja kita berjumpa, bagaimana kita harus bersikap; bukan mengajak perang tapi mendudukkan kembali sebagai saudara sekehidupan. Kita sama-sama peziarah menuju ke keabadian.

Bukankah, perjalanan umat manusia dalam pengembaraan di Bumi ini merupakan misteri yg hanya digenggam oleh Sang Pencipta; Sang Penulis dan Pemegang Kitab Kehidupan. Maka, menjadikan sesama sebagai saudara sekehidupan, sangatlah penting.

Sejarah telah mengajarkan pahitnya perpecahan; yang bahkan juga terjadi di sekitar kita. Tetapi, anehnya, di negeri ini ada saja yang sengaja menanam dan menebarkan benih-benih perpecahan untuk berbagai kepentingan, termasuk kepentingan politik kekuasaan.

Dari fakta di lapangan, kita juga menyaksikan konflik lama muncul kembali, bahkan dengan sengaja dimunculkan lagi. Terjadi konflik kepentingan, entah kepentingan ekonomi, politik, budaya, maupun agama.

Kita juga menyaksikan, dunia membuang sesama ‘yang dianggap tak berguna, yang berbeda berguna’, terjadi pelanggaran hak-hak asasi di mana-mana, entah di negara maju, maupun berkembang. Maka itu perlu dibangun sebuah “hidup persaudaraan dalam kebersamaan".

Dalam persaudaraan yang terbuka antara kita, dimungkinkan untuk mengakui, menghargai, dan mengasihi setiap orang, terlepas dari kedekatan fisiknya, terlepas dari tempat mereka dilahirkan atau tinggal, terlepas dari latar-belakang sosial-budayanya.

Kata Paus Fransiskus, September lalu dalam VII Congress of Leaders of World and Traditional Religions, di Astana, Kazakhstan, "Perdamaian lahir dari persaudaraan; ia tumbuh melalui perjuangan melawan ketidakadilan dan ketidaksetaraan; itu dibangun dengan mengulurkan tangan kepada orang lain."

Sampai di sini, kita merasakan kiranya kedua forum itu, di Bahrain dan di Bali, tidak hanya memiliki semangat yang sama, tetapi bahkan dijiwai oleh roh yang sama: Roh Persaudaraan. Roh persaudaraan antar-umat manusia sangatlah penting bagi kelangsungan hidup umat manusia dan perdamaian dunia.

Kata orang bijak dari Balkh (Afganistan), Jalal al-Din Muammad Rumi (1207-1273), “Ritual doa mungkin berbeda di setiap agama, tetapi kepercayaan (dasar) tidak pernah berubah.”

Agama-agama berbeda karena keadaan masing-masing bangsa yang menerimanya berbeda. Kitab suci mereka berbeda-beda, tetapi itu tidak meniadakan satu sama lain; mereka hanya memberikan cahaya tambahan satu sama lain.

Membangun jembatan

Di Manama, Bahrain, pertemuan dua hari dimaksudkan untuk membangun jembatan dialog antara para pemimpin agama, sekte, pemikiran, budaya, dan media. Forum ini diselenggarakan oleh Bahrain bekerja sama dengan Al Azhar, Gereja Katolik, Dewan para Tetua Muslim, dan lembaga internasional lainnya yang peduli terhadap dialog , koeksistensi manusia, dan toleransi.

Semua itu bisa dicapai, bila ada dialog antar-umat beriman. Dalam dialog dituntut adanya kerelaan hati dan pikiran untuk membuka diri, untuk bisa saling memahami dan menghormati keyakinannya masing-masing, untuk saling menerima perbedaan sebagai rahmat Allah. Kata Paus di Kenya (2016), dialog antaragama merupakan hal yang sulit tetapi harus dilakukan (BBC NEWS).

Karena itu dibutuhkan keberanian untuk terus melakukan dialog, untuk menjadi inisiator sekaligus promotor dialog lintas agama. Hal itu perlu dilakukan agar semua orang bisa hidup bersama-sama secara rukun dan damai, saling menghormati dalam perbedaan. Ibarat kata menyusun mosaik kehidupan manusia.

Harus kita sadari dan akui bahwa dunia hingga kini masih dilanda konflik, termasuk konflik agama. Maka, dialog antaragama sangat penting. Dialog yang tidak nyaman harus dilakukan, daripada tidak ada dialog sama sekali.

Kata Paus yang di Manama bersua sahabatnya, Imam Besar Masjid Al Azhar Sheikh Ahmed Al-Tayyeb, dialog perlu terus dilakukan berdasarkan penerimaan keragaman dan rasa hormat terhadap yang lain. Ini merupakan satu-satunya alternatif untuk mengatasi fragmentasi dan konflik di dunia hari ini.

Ketika berbicara di Gereja Hati Kudus - gereja tertua di Teluk, yang mulai digunakan pada tahun 1939 - di Manama, hari Sabtu (5/11/2022) , Paus mengatakan, “Mari kita berusaha menjadi penjaga dan pembangun persatuan, dalam masyarakat multi-agama dan multi-budaya di mana pun kita berada."

Sayangnya - juga terjadi di negara kita, di sekitar kita - banyak yang justru (ingin) merobohkan jembatan, merusak jembatan, dan bahkan membakar jembatan. Banyak cara digunakan: menebarkan kebencian rasial, menyebar hoaks, memfitnah, menyiarkan berita palsu, menjelek-jelekkan pihak lain yang tidak segolongan, pihak yang tak sepaham, pihak yang berbeda, dan banyak lain lagi termasuk politisasi agama.

Jembatan dialog itu, tidak hanya perlu dibangun antara Islam dan Kristen, tetapi juga antara intra-Islam, intra-Kristen. Kata Al-Thayyeb, perlu "dibangun kembali jembatan dialog, jembatan saling memahami dan saling percaya, dan untuk menciptakan perdamain di dunia yang penuh luka ini."

Bahkan Al-Thayyeb menyatakan membuka hatinya dengan penuh kasih dan merentangkan tangannya lebar-lebar untuk menyambut "saudara-saudara Muslim Syiah kita."

Ketua Dewan para Tetua Muslim itu mengatakan, "Saya tegaskan kembali bahwa para ulama senior di Al-Azhar dan Dewan para Tetua Muslim dan saya, siap menjadi tuan rumah pertemuan serupa dengan hati terbuka dan tangan terulur, sehingga kita bisa duduk bersama di satu meja bundar untuk mengesampingkan perbedaan kita dan memperkuat kita." (Gulf News, 4 November 2022)

Maka, siapa pun yang cinta damai, siapa pun ingin membangun persaudaraan antar-umat beriman, siapa pun yang berkehendak mendirikan rumah perdamaian bersama, harus membuka hati dan pikirannya untuk sesama sekalipun berbeda, dan merayakan perbedaan untuk perdamaian dunia, membuang jauh-jauh rasa curiga dan kebencian terhadap pihak lain, mengubur dalam-dalam sikap bermusuhan terhadap yang berbeda dalam banyak hal, termasuk beda agama.

Sebab, kata Paus di hadapan para anggota Dewan para Tetua Muslim, perdamaian tidak bisa begitu saja diproklamasikan; perdamaian harus dibantu untuk berakar. Dan ini dimungkinkan dengan menghilangkan bentuk-bentuk ketidaksetaraan dan diskriminasi yang menimbulkan ketidakstabilan dan permusuhan.

Kiranya, di Bali pun, para pemimpin agama juga menegaskan hal yang sama. Yakni bahwa agama berfungsi sebagai sumber solusi yang terbuka dan dinamis, bukan sebagai masalah, di abad ke-21 yang dibanjiri berbagai persoalan baik yang ditimbulkan manusia sendiri maupun karena sebab-sebab lain.

Tetapi, di banyak tempat di dunia ini bahkan di negeri kita, masih ada yang bertopeng agama, yang berjubah agama, yang mengatas-namakan agama untuk setiap tidakan, ujaran, dan sikapnya terhadap orang lain, yang sesungguhnya tidak mencerminkan "kebenaran tertinggi" agama. Walaupun mengklaim bahwa tindakan dan ujaran mereka sesuai dengan ajaran agama, tentu menurut persepsinya sendiri.

Tidak aneh kalau Keith Ward (2009) seorang filsuf-teolog dari Inggris pernah bertanya: apakah agama lebih banyak melakukan kejahatan daripada kebaikan? Apakah agama merupakan kekuatan bagi kejahatan, atau bahkan akar semua kejahatan? Benarkah agama berbahaya?

Padahal, kata Paus dalam pertemuan dengan Dewan para Tetua Muslim di Masjid Istana Raja al-Sakhir di Awali (vatican.va, 4 November), "Tuhan adalah sumber kedamaian.....Tuhan perdamaian tidak pernah menghadirkan perang, tidak pernah menghasut (untuk berbuat) kebencian, tidak pernah mendukung kekerasan. Kami, yang percaya padanya, dipanggil untuk mempromosikan perdamaian dengan alat perdamaian, seperti pertemuan, negosiasi sabar dan dialog, yang merupakan oksigen hidup berdampingan secara damai."

Jalan perdamaian memang harus diambil, sekarang ini. Sebab, "Kita hidup di saat ketika umat manusia, terhubung tidak seperti sebelumnya, tampak jauh lebih terpecah daripada bersatu ... kita terus menemukan diri kita berada di ambang jurang yang rapuh dan kita tidak ingin jatuh."

Ini adalah paradoks yang mencolok bahwa, sementara mayoritas penduduk dunia bersatu dalam menghadapi kesulitan yang sama, menderita dari krisis pangan, ekologi, dan pandemi, serta ketidakadilan global yang semakin memalukan, beberapa penguasa terperangkap dalam perjuangan tegas untuk kepentingan partisan.

Kita tampaknya menyaksikan skenario dramatis dan kekanak-kanakan: di taman kemanusiaan, alih-alih mengolah lingkungan kita, kita malah bermain dengan api, misil, dan bom, senjata yang membawa kesedihan dan kematian, menutupi rumah kita bersama dengan abu dan kebencian.

Maka kata Paus dalam pidatonya pada penutupan forum dialog, "Mari kita saling mendukung; mari kita tindak lanjuti pertemuan kita hari ini; mari kita jalan bersama! Kita akan diberkati oleh Yang Mahatinggi dan oleh makhluk terkecil dan rentan yang kepadanya Dia memiliki cinta istimewa: orang miskin, anak-anak dan orang muda, yang setelah begitu banyak malam yang gelap menunggu terbitnya fajar cahaya dan kedamaian" (Libreria Editrice Vaticana).

Kita pun di negeri ini, kiranya perlu semakin menyadari dan menerima sepenuh hati bahwa keberagaman keyakinan adalah fakta. Karena itu, memaksakan keyakinan seseorang kepada orang lain merupakan pelanggaran terhadap martabat kemanusiaan.

Bukankah, umat beragama harus mempunyai jiwa yang lapang untuk melihat seluruh umat manusia sebagai sesama saudara meskipun memakai jubah berbeda. Nasihat para bijak bestari, manusia beragama harus berusaha menaklukkan diri, meredam nafsu, dan menghentikan ambisi liarnya, khususnya menganggap diri layak mewakili Tuhan, atau berperan sebagai Tuhan.

Sebab, hal semacam itu adalah musuh bersama umat manusia, dan bertentangan dengan misi perdamaian agama-agama.

https://www.kompas.com/global/read/2022/11/08/093328070/antara-roma-dan-manama-agama-sumber-solusi-bukan-masalah-bagian-terakhir

Terkini Lainnya

Saat Ratusan Ribu Orang Antar Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Tempat Peristirahatan Terakhirnya...

Saat Ratusan Ribu Orang Antar Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Tempat Peristirahatan Terakhirnya...

Global
Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Global
Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Global
[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

Global
 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke