Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biden Lepaskan Sisa Cadangan Minyak Strategis, Kendalikan Harga Jelang Pemilu

Kompas.com - 20/10/2022, 08:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Presiden AS Joe Biden mengumumkan rencana untuk menjual sisa dari cadangan minyak strategis, yakni Strategic Petroleum Reserve (SPR), dari jumlah yang direncanakan pada akhir tahun ini.

Penjualan sisa cadangan minyak strategis tersebut merupakan upaya meredam harga BBM menjelang pemilu paruh waktu pada 8 November.

Biden pada Rabu (19/10/2022) mengatakan, sebanyak 15 juta barel minyak akan dilepaskan dari SPR. Jumlah itu merupakan bagian dari pelepasan 180 juta barel minyak pada Mei.

Baca juga: Ribut-ribut Soal Minyak, Akankah Hubungan AS-Arab Saudi Putus?

“Kami menyebutnya sebagai rencana siap dan rilis,” kata Biden di sebuah acara Gedung Putih, sebagaimana dilansir Reuters.

“Ini memungkinkan kami bergerak cepat untuk mencegah lonjakan harga minyak dan menanggapi peristiwa internasional,” sambung Biden.

Pelepasan cadangan minyak strategis untuk meredam lonjakan harga BBM dan upaya peningkatan produksi AS menggarisbawahi bagaimana krisis Ukraina dan inflasi telah mengubah kebijakan seorang presiden.

Padahal Biden sebelumnya berjanji untuk mengurangi ketergantungan AS pada industri bahan bakar fosil.

Baca juga: Merasa “Dikhianati” Usai Produksi Minyak Dipangkas, Biden Tak Akan Temui MBS di KTT G20

Sebelumnya, Gedung Putih marah karena OPEC+, negara produsen minyak yang dipimpin Arab Saudi dan Rusia, memutuskan untuk mengurangi produksi minyaknya.

Pengurangan produksi minyak oleh OPEC+ dikhawatirkan AS dan Barat akan mengerek harga minyak dunia.

AS sempat menuding Arab Saudi memihak Rusia karena menyetujui pengurangan produksi. Biden lantas menyatakan bahwa hubungan AS-Arab Saudi akan dievaluasi.

“Dengan pengumuman saya hari ini, kami akan terus menstabilkan pasar dan menurunkan harga pada saat tindakan negara lain telah menyebabkan volatilitas seperti itu,” kata Biden, Rabu.

Baca juga: OPEC+ Pangkas Produksi, Arab Saudi Bantah Bikin Minyak Jadi Senjata

Foto Presiden AS Joe Biden. Biden pada Kamis (6/10/2022) mengatakan, bahwa risiko Armageddon nuklir kini berada pada tingkat tertinggi sejak Krisis Rudal Kuba 1962.AFP/JIM WATSON via AP Foto Presiden AS Joe Biden. Biden pada Kamis (6/10/2022) mengatakan, bahwa risiko Armageddon nuklir kini berada pada tingkat tertinggi sejak Krisis Rudal Kuba 1962.

Biden menyebutkan, harga minyak dunia melambung akibat Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi Ukraina.

Padahal harga minyak sempat turun 30 persen dari puncaknya adal tahun ini.

Biden juga meminta perusahaan energi AS, industri kilang minyak, dan pengecer BBM mengurangi keuntungannya lalu mengalihkannya untuk berinvestasi dalam produksi.

Kebijakan Biden untuk melepaskan minyak dari cadanganstrategis dikritik oleh Partai Republik.

Baca juga: Pemangkasan Minyak OPEC+ Bikin Dunia Makin Terancam Resesi

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com