Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sekeping" Indonesia Akan Hadir di Sudut Kota Bern Swiss...

Kompas.com - 15/10/2022, 12:29 WIB
Krisna Diantha Akassa,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

BERN, KOMPAS.com - "Sekeping" Indonesia akan dapat ditemui di Jalan Zeughausgasse, Kota Bern, Swiss.

Di salah satu sudut kota yang menjadi World Heritage Unesco ini, bakal disajikan berbagai hal tentang Indonesia.

Setidaknya, akan berjejer stand mulai dari Bali Spa, Sendok Garpu Catering, bursa rempah Pasar Indonesia, Dapura Mia, hingga eksportir kopi di Jalan Zeughausgasse.

Baca juga: Ridwan Kamil Peluk Warga Bern yang Bantu Adik Eril Naik ke Daratan, Sampaikan Terima Kasih

Jameleon, band yang digawangi anak anak muda Indonesia di Swiss, serta penyanyi Joan Sepang, juga akan tampil di sana.

"Biasanya jalan ini untuk wisata kuliner warga lokal, kami sering makan di sana," kata Tenny Schneider, diaspora Indonesia yang sudah belasan tahun tinggal di Bern kepada Kompas.com, Kamis (13/10/2022).

Lokasinya yang berada di kawasan kota tua, menjadikan Jalan Zeughausgasse juga ramai turis.

"Ada juga deretan toko untuk shopping," imbuh Tenny.

Jika suatu hari ada nuansa khas Indonesia, kata dia, hal itu akan menambah marak Jalan Zeughausgasse.

Nuansa ke-Indonesiaan itu tidak lepas dari andil KBRI Bern.

Ketika kota Bern menggelar kegiatan tahunan Fernweh, KBRI Bern pun mengajak diaspora Indonesia untuk ikut serta.

"Diaspora Indonesia bisa dibilang 'ambasador' Indonesia di luar negeri. Terutama mengenalkan Indonesia ke dunia. Pada kesempatan ini, kami menggandeng diaspora pengusaha Indonesia di Swiss untuk promosi di sektor ekonomi, sekaligus budaya Indonesia seperti wellness, kulineri khas Indonesia, juga kopi Indonesia," ujar Dubes Swiss dan Liechtenstein, Muliaman Hadad kepada Kompas.com, Kamis.

Baca juga: KBRI Swiss: Tim SAR Bern Masih Lanjutkan Pencarian Anak Ridwan Kamil

Indonesia tercatat cukup banyak memasok kopi ke Heidiland.

Pada Januari-Agustus 2022, sebanyak 3 juta kg kopi dari Indonesia atau senilai 16,5 juta dollar AS, masuk Swiss.

Konsumsi kopi di Swiss juga tinggi. Orang Swiss tercatat minum kopi 1.000 cangkir pertahunnya.

Akan ada sekitar sembilan stand bernuansa Indonesia di Zeughausgasse pada Sabtu (29/10/2022) mulai dari pukul 11.00 hingga 17.00 waktu setempat.

Stand tersebut bukan hanya diisi dengan pengenalan layanan pijat tradisional Bali, Bali Spa.

Travel agent (Asiatik Tour & Travel) dan bursa kain Indonesia (Kaufpedia) juga akan mengisi stand.

Fernweh adalah kegiatan tahunan yang menonjolkan kebudayaan luar Eropa. Secara harfiah, Fernweh berarti kangen negeri seberang.

Baca juga: Cerita Diaspora Indonesia Keroyokan Kenalkan Kebaya di Eropa…

"Ini kegiatan potensial untuk mengenalkan Indonesia," kata Muliaman Hadad.

Berbeda dengan Jepang yang menampilkan budaya Negeri Sakura di gedung kedutaannya, Indonesia langsung menggelarnya di hadapan warga Bern.

Satu gedung dijadikan markas kontingen asal Indonesia.

"Ada yang di dalam gedung, ada juga yang di teras jalan," imbuh Muliaman Hadad.

Srinasih Heiniger dari Bali Spa, menyambut gembira kegiatan ini.

"Tentu saja kami senang bisa mengenalkan pijat tradisional ala Bali," katanya.

Meskipun di Swiss sudah mulai tumbuh usaha semacam ini, namun harus bersaing ketat dengan pijat ala Thailand.

Srinasih melihat, Bali Spa yang begitu populer di mata turis mancanegara saat berkunjung ke Bali, masih harus terus diperjuangkan popularitasnya di Swiss.

"Potensinya besar, sebab pijat ala Bali membuat konsumen ketagihan. Hanya memang kami selama ini promosi sendiri-sendiri," imbuh ibu satu anak ini.

Fernweh digagas Globetrotter, agen perjalanan yang mengkhususkan turis yang suka petualangan.

Turis yang ingin ke tempat tempat terpencil di penjuru dunia, biasanya menghubungi Globetrotter.

Baca juga: Dari Tong Tong Fair hingga Home of Komodo Dragon, Wajah Indonesia di Benua Biru...

Pendirinya adalah Walter Kamm.

Walter Kamm memulai petualangan dari Zurich ke Asia pada 1967.

"Karena perjalanan udara saat itu sangat mahal, satu satunya pilihan ya jalan darat,“ tulis Walter Kamm dalam situs Globetrotter.

Walter menembus Turkiye, Iran, Afganistan, China, India, Nepal, Taiwan, Jepang, Kamboja, Thailand, Malaysia, hingga Indonesia.

Setelah perjalanan darat selama 8 bulan ke 25 negara, Walter kembali ke Zurich.

"Saya merasa asing di Swiss. Asia adalah negara yang memberikan kesadaran kepada saya, tentang keramahtamahan," kata Walter.

Zurich atau Swiss membuatnya tidak kerasan.

Walter mengalami apa itu yang kemudian disebutnya Fernweh, kangen negeri asing.

Di sebuah gudang sepeda di Zurich pada 1976, Walter mendirikan biro perjalanan khusus untuk yang suka berpetualang, Globetrotter.

Kini Globetrotter menjadi perusahaan modern dengan warwah turis yang suka petualangan. Dan tiap tahun menggelar kegiatan yang bernama Fernweh ini.

Walter Kamm menyerahkan kepemimpinan Globetrotter ke profesional, dan dia sendiri meneruskan petualangannya ke seluruh pojok dunia.

Indonesia, yang baru dikenal Bali dan sekitarnya, akan menemukan pasar istimewa di ajang Fernweh ini.

Baca juga: Kemeriahan Pesta Rakyat Diaspora Indonesia di Jenewa Swiss Sambut HUT Ke-77 RI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com