Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1 Dekade Xi Jinping Reformasi Militer China, Dulu Diremehkan Kini Disegani

Kompas.com - 05/10/2022, 19:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

BEIJING, KOMPAS.com - Presiden China Xi Jinping kemungkinan akan melihat perlombaan senjata dari negara-negara Asia Pasifik yang semakin cepat dalam lima tahun ke depan.

Mulai dari Korea Selatan yang mengembangkan angkatan lautnya hingga Australia yang membeli kapal selam bertenaga nuklir. Belanja persenjataan semakin melonjak di seluruh wilayah.

Baca juga: Jaga-jaga Perang dengan China, Taiwan Sudah Siapkan Persediaan Makanan

Data dari lembaga penelitian Inggris Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) menunjukkan, anggaran pertahanan negara-negara Asia Pasifik melampaui 1 triliun dollar AS pada 2021. China, Filipina, dan Vietnam menggandakan anggaran militer mereka dalam satu dekade terakhir.

Korea Selatan, India, dan Pakistan pun mengikuti. Bahkan Jepang sedang mengusulkan rekor anggaran pertahanan untuk mengakhiri kebijakan "tidak melakukan serangan pertama" yang sudah berlangsung lama.

"Semua pemain kunci di kawasan Indo Pasifik merespons modernisasi militer China, pada dasarnya secepat mungkin,” kata Malcolm Davis, mantan pejabat pertahanan Australia yang sekarang bekerja di Institut Kebijakan Strategis Australia.

Baca juga: Tangkal Pengaruh China, AS Jalin Kerja Sama dengan Kepulauan Pasifik

Reformasi kemampuan militer China

Selama bertahun-tahun, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dipandang tidak efektif dan diremehkan. Bahkan seorang sejarawan menghinanya sebagai museum militer terbesar di dunia.

Serdadunya dipersenjatai dengan perlengkapan militer yang diturunkan dari Uni Soviet yang sudah ketinggalan jaman. Lembaga militer China tersebut juga penuh dengan skandal korupsi.

Keterlibatan PLA dalam Perang Korea menelan korban hampir 200.000 nyawa tentara China. Invasi tahun 1979 ke Vietnam pun menelan ongkos puluhan ribu serdadu China yang tewas dan sebagian besar telah dihapus dari sejarah resmi. Ketika Xi pada 2013 menjadi presiden dan sekaligus panglima tertinggi PLA, beberapa reformasi langsung dilakukan.

Anggaran militer Beijing telah menunjukkan peningkatan ajeg selama 27 tahun berturut-turut, menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI).

Baca juga: AS, Australia, dan Jepang Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Militer Lawan China

China saat ini memiliki dua kapal induk aktif, ratusan rudal balistik jarak jauh dan menengah, ribuan pesawat tempur, dan pasukan angkatan laut yang jumlahnya bahkan melebihi Amerika Serikat.

Setelah China meluncurkan blokade singkat dan parsial terhadap Taiwan pada Agustus lalu, seorang perwira tinggi militer AS diam-diam mengakui bahwa mencegah ambisi Beijing atas Taipei tidak akan mudah, bahkan untuk Washington sekalipun.

"Mereka memiliki angkatan laut yang sangat besar dan jika mereka ingin menggertak dan menempatkan kapal di sekitar Taiwan, mereka sangat bisa melakukannya," kata komandan Armada Ketujuh Karl Thomas kepada media AS.

Baca juga: AU Jepang-Jerman Gelar Latihan Bersama, China Ungkit Poros Fasis

Sementara itu, cadangan senjata nuklir China meningkat secara eksponensial dan – menurut Pentagon – mungkin sekarang dapat diluncurkan dari darat, laut, dan udara. Menurut Buletin Ilmuwan Atom, China memiliki sekitar 350 hulu ledak nuklir, atau dua kali lipat dari jumlah yang dimilikinya selama Perang Dingin.

Intelijen AS memperkirakan, arsenal hulu ledak nuklir ini dapat berlipat ganda lagi menjadi 700 pada tahun 2027.

"RRC adalah satu-satunya pesaing yang mampu menggabungkan kekuatan ekonomi, diplomatik, militer, dan teknologinya untuk menghadapi tantangan berkelanjutan terhadap sistem internasional yang stabil dan terbuka," papar laporan Pentagon tahun lalu.

Baca juga: Rusia Veto Draf Resolusi DK PBB soal Pencaplokan 4 Wilayah Ukraina, China Abstain

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-814 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Serang Kharkiv | Drone Ukraina Tewaskan 2 Orang

Rangkuman Hari Ke-814 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Serang Kharkiv | Drone Ukraina Tewaskan 2 Orang

Global
Serang Israel, Hezbollah Gunakan Senjata Baru Ini

Serang Israel, Hezbollah Gunakan Senjata Baru Ini

Global
Tanggapi Pertemuan Putin-Xi Jinping, Gedung Putih: Bagus untuk Mereka

Tanggapi Pertemuan Putin-Xi Jinping, Gedung Putih: Bagus untuk Mereka

Global
Pasukan Israel Temukan 3 Jenazah Sandera di Gaza

Pasukan Israel Temukan 3 Jenazah Sandera di Gaza

Global
Penembakan di Afghanistan, 3 Turis Spanyol Tewas, 7 Lainnya Terluka

Penembakan di Afghanistan, 3 Turis Spanyol Tewas, 7 Lainnya Terluka

Global
[POPULER GLOBAL] Spanyol Tolak Kapal Bawa 27 Ton Bahan Peledak | Pasokan Medis Tak Bisa Masuk Gaza

[POPULER GLOBAL] Spanyol Tolak Kapal Bawa 27 Ton Bahan Peledak | Pasokan Medis Tak Bisa Masuk Gaza

Global
WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com