Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan di Masjid Al Aqsa Masih Terjadi dalam 2 Shift, KNRP Minta Indonesia Aktif

Kompas.com - 27/09/2022, 15:15 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyerangan di Masjid Al Aqsa, Palestina, sampai saat ini masih berlangsung. Aksi tersebut dilaporkan mendapat perlindungan dari otoritas Israel selama hari-hari libur panjang bulan September.

Izin untuk menyerbu masjid Al Aqsa disebut merupakan hasil dari rapat keamanan yang dipimpin Perdana Menteri Yair Lapid beberapa waktu lalu. Larangan untuk menyerbu masjid tidak ada dalam agenda pertemuan.

Menurut Ketua Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) Suripto, berdasarkan laporan dari Departemen Wakaf Islam di Yerusalem, kelompok pemukim ini berturut-turut menyerbu Masjid Al Aqsa.

Baca juga: Kisruh Soal Aturan bagi Yahudi di Kompleks Al-Aqsa Ancam Status Quo Israel-Palestina

Mereka datang dari sisi Gerbang Al Magharibah. Masjid Al Aqsa menjadi sasaran para pemukim yang menyerbu setiap hari dalam dua shift, pagi dan sore, dengan pengecualian hari Jumat dan Sabtu. Hal ini disebut sebagai upaya pendudukan untuk memaksakan pembagian temporal di Al Aqsa.

“Tentu ini sangat merendahkan kedaulatan Masjid Al Aqsa, bangsa Palestina dan umat Muslim di seluruh dunia di mana kiblat pertama umat Islam dinistakan secara sistematis oleh otoritas penjajah. Kita menuntut negara-negara dunia Islam untuk bersuara atas propaganda yang sangat provokatif ini," tutur Suripto dikutip dari siaran pers KNRP, Senin (26/9/2022).

"Apalagi masjid ini lama kelamaan sudah mulai rapuh akibat penggalian terowongan di bawahnya. Selain sebagai situs sejarah, masjid ini adalah simbol kemuliaan.”

Suripto menambahkan, isu Palestina dan Israel khususnya penyerangan terhadap Masjid Al Aqsa sebenarnya sudah berlangsung puluhan tahun. Hingga saat ini pun masih terus berlangsung.

“Kita akui bahwa Israel memang menguasai ekonomi dan politik di berbagai negara terutama di negara-negara adikuasa seperti Amerika. Memperjuangkan kemerdekaan Palestina bagi bangsa Indonesia bukan sekedar berdasarkan sentimen historis maupun agamis, tapi juga amanat dari Pembukaan UUD 1945. Kita harus aktif menghapuskan penjajahan, bukan sekadar mengutuk penjajahan.”

Baca juga:

Secara terpisah, pengamat sejarah Islam dan pendiri Pusat Kajian Sejarah Hepi Andi Bastoni mengatakan, umat Islam tidak bisa bersatu dalam membela Palestina. Menurutnya, ada dua faktor yang mendampingi yaitu konteks sejarah dan konteks hari ini.

“Terkait sejarah, bagaimana keberadaan Israel di negeri Palestina didukung kuat kekuatan dunia pada Perang Dunia pertama yaitu Inggris dan sekutunya. Dan kedua, hari ini umat Islam terpecah menjadi beberapa negara bagian seperti Syam yang terpecah menjadi Yordania, Lebanon, Suriah dan Palestina sendiri.”

Hal yang sama juga terjadi pada Irak, Kuwait dan Mesir yang tidak memiliki kekuatan politik untuk menekan Israel.

“Solusinya adalah umat Islam harus bersatu, dalam konteks lobi-lobi politik tingkat internasional untuk menekan dunia Barat agar mendukung Palestina,” tutupnya.

Baca juga: Kenapa Masjid Al-Aqsa Diperebutkan Israel dan Palestina, Ini Sejarahnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com