MOSKWA, KOMPAS.com - Sebanyak tiga tentara Ukraina mengaku disiksa dalam tahanan Rusia dan mengalami tekanan psikologis.
Ketiga tentara tersebut mengungkapkan pengakuannya pada Senin (22/8/2022) setelah dibebaskan.
Mereka termasuk bagian dari pasukan pembela Mariupol, mengatakan pada konferensi pers di Kyiv bahwa penculik mereka memaksanya untuk mengakui kejahatan terhadap warga sipil.
Baca juga: Akankah Kemampuan Baru Ukraina Menyerang Jauh ke “Wilayah Rusia” Mengubah Perang?
Reuters tidak dapat memverifikasi secara independen pengakuan ketiganya, yang mengatakan bahwa mereka ditangkap oleh pasukan Rusia.
Adapun Kementerian Pertahanan Rusia belum menanggapi permintaan komentar. Ukraina sebelumnya menuduh Rusia melakukan kejahatan perang dan Moskwa membantah tuduhan itu.
"Saya diinterogasi bahkan sebelum saya mendapat antibiotik setelah anggota tubuh saya diamputasi," kata Vladyslav Zhaivoronok yang kehilangan satu kaki.
"Orang-orang di sana disiksa. Ada yang lukanya ditusuk jarum, ada yang disiksa dengan air, ada yang tidak mendapat perawatan memadai," lanjutnya.
Ketiganya ditukar dengan tawanan perang Rusia. Belum diketahui kapan pertukaran itu terjadi, tetapi pada Juni Ukraina mengumumkan bahwa Rusia telah menyerahkan 144 tawanan.
Zhaivoronok bertugas dengan Resimen Azov yang beberapa anggotanya berasal dari golongan sayap kanan dan ultranasionalis.
Baca juga:
Tahanan kedua yang dibebaskan adalah Denys Chepurko, juga anggota Azov. Ia mengaku ditahan di penjara di Republik Rakyat Donetsk yang diproklamirkan sendiri oleh Rusia di Ukraina timur.
Dia mengatakan, beberapa tahanan dipaksa telanjang kemudian jongkok.
"Mereka ingin kami bersaksi melawan komandan kami, (untuk mengatakan) kami telah membombardir kota, mereka ingin mengalihkan kesalahan pada kami. Saya katakan saya tidak akan melakukannya," ungkapnya.
"Mereka lalu memukuli saya dengan tongkat. Saya tidak menandatangani apa pun," katanya.
Mantan tahanan ketiga yaitu Dmytro Usychenko menceritakan, "Mereka mengancam kami dengan pembalasan fisik, menembak ... mereka ingin kami mengaku bahwa kami membunuh warga sipil meskipun kami tidak melakukan hal seperti itu".
Setelah berjuang selama berminggu-minggu dari bunker dan terowongan pabrik baja Azovstal, ratusan pejuang Azov menyerah pada Mei.
Meskipun para tahanan dari Azov belum didakwa secara resmi, pada 2 Agustus Mahkamah Agung Rusia memutuskan bahwa resimen tersebut adalah organisasi teroris.
Baca juga: NRA Disebut Jadi Pelaku Bom Mobil yang Tewaskan Putri Otak Putin, Siapa Mereka?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.