Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Petani China Alami Kekeringan Terparah dalam 60 Tahun, 66 Sungai Mengering

Kompas.com - 20/08/2022, 15:03 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber Reuters

CHONGQING, KOMPAS.com - Saat pedesaan kering di sepanjang lembah Sungai Yangtze China diterpa gelombang panas yang berlangsung lebih dari dua bulan, petani veteran Chen Xiaohua mengingat kekeringan parah terakhir yang melanda tanamannya lebih dari 60 tahun lalu.

"Tahun ini lebih kering dari 1960," kata Chen (68) dikutip dari Reuters pada Sabtu (20/8/2022).

Ia berbicara dari sebidang tanahnya di desa Fuyuan, pinggiran pedesaan Chongqing di barat daya China. "Suhunya lebih tinggi," tambahnya.

Baca juga: Diterjang Gelombang Panas, Beberapa Wilayah Inggris Akan Deklarasikan Kekeringan

Sepetak tanah kecil Chen, yang terletak dekat dengan Sungai Yangtze dan anak sungainya, Longxi, biasanya mengandalkan air tawar dari aliran pegunungan, tetapi hampir tidak mengalir sama sekali dalam beberapa hari terakhir, sehingga membuat tanaman utamanya termasuk ubi jalar kekurangan air.

"Dulu, di waktu ini, Agustus, daun ubi jalar tumbuh sangat lebat," kata Chen dengan mengenakan topi bertepi lebar untuk melindungi dirinya dari terik matahari. "Dari Agustus hingga September, ubi jalar biasanya tumbuh banyak."

Sebanyak 66 sungai di 34 kabupaten di Chongqing mengering, kata stasiun tv CCTV pada Jumat (19/8/2022). Data layanan cuaca menunjukkan sebuah distrik di wilayah itu menjadi yang terpanas di "Negeri Panda", mencapai 45 derajat Celsius suhunya.

Curah hujan di Chongqing tahun ini turun 60 persen dibandingkan rata-rata musiman, dan lahan pertanian di beberapa distrik sangat kekurangan kelembaban, kata CCTV mengutip data pemerintah setempat yang juga mengungkapkan bahwa tanaman di 10 kabupaten sangat kekurangan air.

Menurut data Kementerian Darurat China pada Kamis (19/8/2022), suhu tinggi pada Juli saja menyebabkan kerugian ekonomi langsung sebesar 2,73 miliar yuan (Rp 5,95 triliun), memengaruhi 5,5 juta orang dan 457.500 hektare lahan.

Baca juga:

China yang harus mengambil tindakan darurat untuk melindungi panen musim gugur kemudian mengirim tim spesialis ke daerah rentan untuk mengalokasikan sumber daya air dan menyusun rencana aksi dengan lebih baik.

Kementerian Sumber Daya Air pada Rabu (17/8/2022) memperingatkan, kelembaban tanah memburuk secara serius di Chongqing, Sichuan di sebelahnya, dan beberapa provinsi lain di sepanjang bagian tengah Sungai Yangtze.

Pemerintah daerah didesak tidak hanya mencari sumber air baru yang tahan kekeringan, tetapi juga menyusun cara menggilir akses sungai dan waduk yang menipis untuk pertanian.

Provinsi Anhui di China tengah yang juga bergantung pada Sungai Yangtze untuk pasokan airnya, pekan ini memperingatkan bahwa tanah yang terlalu kering memengaruhi 88.000 hektare gandum musim gugur, menurut CCTV.

China menyebut dirinya sebagai wilayah sensitif dalam perubahan iklim global, dan bulan ini berujar bahwa suhu tanahnya meningkat jauh lebih cepat daripada rata-rata global.

Dengan irigasi dari pegunungan yang sekarang mengering, petani Chen mengaku tidak punya pilihan selain membawa ember ke dan dari kolam terdekat setiap pagi untuk mencoba menyelamatkan tanamannya, karena daun-daun dan batang-batangnya terus mati.

"Suhu sangat tinggi setiap hari. Kami harus bekerja di pagi hari," katanya. "Sore hari kami tinggal di rumah saja. Kami takut keluar."

Baca juga: Kota di Meksiko Batasi Akses Air Hanya 6 Jam Per Hari karena Kekeringan

Berita video "Danau di AS Mengering, Mayat Manusia Bermunculan" dapat disimak di bawah ini.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com