Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Kandidat Tersisa Berebut Kursi PM Inggris, Bagaimana Perbedaan Arah Kebijakannya?

Kompas.com - 21/07/2022, 21:29 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sunak, politikus Tory yang sedang naik daun pada 2016, mendukung proposal kontroversial tentang "Protokol Irlandia Utara." Sebagai kanselir, dia juga mempromosikan “pelabuhan yang bebas” di sekitar Inggris sebagai salah satu cara untuk mendapatkan keuntungan dari Brexit.

Baca juga: PM Inggris Mundur, Pengganti Boris Johnson Diumumkan 5 September 2022

Imigrasi

Di bawah tekanan untuk mengekang gelombang migran yang melintasi Selat dari Perancis, pemerintah Konservatif mendorong rencana untuk mengirim pencari suaka ke Rwanda, untuk diproses dan dimukimkan kembali.

Kebijakan yang sempat terhenti oleh tindakan hukum ini didukung oleh kedua pasangan calon. Truss menyebutnya "sepenuhnya bermoral".

Tapi Sunak telah menghadapi tuduhan anonim di surat kabar, yang mengklaim dia menentangnya di kabinet terkait biayanya yang mencapai 120 juta poundsterling.

Pertahanan

Sunak menolak untuk menetapkan "target sewenang-wenang" pada pengeluaran militer setelah perang di Ukraina.

Namun dia memandang target NATO -- bagi negara-negara anggota untuk membelanjakan 2,0 persen dari PDB untuk pertahanan -- sebagai "dasar dan bukan batas".

Dia ingin anggaran pertahanan Inggris naik menjadi 2,5 persen dari PDB "dari waktu ke waktu".

Truss di sisi lain, lebih berterus terang, minggu ini dia berkomitmen untuk menghabiskan 3,0 persen untuk anggaran keamanan pada 2030.

Baca juga: PM Inggris Mundur, Menlu Liz Truss Calonkan Diri jadi Pengganti Boris Johnson

Iklim

Sunak berjanji untuk tetap dengan target yang mengikat secara hukum, agar Inggris mengurangi emisi karbon menjadi nol bersih pada 2050.

Dia akan mempertahankan "pungutan hijau" pada tagihan energi, yang dialokasikan untuk membantu sektor terbarukan tumbuh.

Truss berjanji untuk menghapus pungutan, tetapi mengatakan dia berkomitmen untuk target 2050.

Tantangan PM Inggris kedepan

Siapa pun yang menang ketika hasilnya diumumkan pada 5 September akan mewarisi beberapa kondisi ekonomi paling sulit di Inggris dalam beberapa dekade.

Inflasi bergerak menuju 11 persen per tahun, pertumbuhan terhenti, aksi mogok industri meningkat dan pound mendekati posisi terendah dalam sejarah terhadap dolar.

Inggris di bawah Johnson, dan dibantu oleh Truss, juga mengambil garis keras terhadap Brussel dalam negosiasi pasca-Brexit di sekitar Irlandia Utara, menarik tindakan hukum dari Uni Eropa dan mengancam hubungan perdagangan di masa depan.

Baca juga: Kondisi Inggris dan Eropa Sangat Panas akibat Pemanasan Global

Jajak pendapat menunjukkan Truss akan mengalahkan Sunak dalam kontes anggota partai, membuka peluang bahwa partai memilih pemimpin yang bukan pilihan paling populer untuk anggota parlemen di Westminster.

Terlepas dari siapa yang menang, Inggris sekarang dijamin mendapatkan perdana menteri kulit berwarna pertamanya atau pemimpin wanita ketiganya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com