Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dua Kandidat Tersisa Berebut Kursi PM Inggris, Bagaimana Perbedaan Arah Kebijakannya?

KOMPAS.com - Mantan Menteri Keuangan Rishi Sunak dan Menteri Luar Negeri Liz Truss masuk babak akhir untuk memperebutkan jabatan perdana menteri Inggris berikutnya, setelah memenangkan pemungutan suara terakhir di antara anggota parlemen Partai Konservatif.

Mereka akan menggantikan mantan pemimpin Boris Johnson, yang terpaksa mengundurkan diri bulan ini, setelah kehilangan dukungan dari legislatornya karena berbulan-bulan skandal, termasuk pelanggaran aturan penguncian pandemi Covid-19.

Sebelas kandidat awalnya mengajukan nama mereka. Tetapi, dalam pemungutan suara kelima dan terakhir dari legislator Konservatif pada Rabu (20/7/2022), menteri perdagangan junior Penny Mordaunt tersingkir.

Sunak memenangkan 137 suara, versus Truss 113 dan Mordaunt 105.

Kedua kandidat telah mengungkap prioritas kebijakan yang akan dijalankan pemerintahannya kelak. Sepakat untuk sedikit agenda, mereka memiliki perbedaan signifikan terkait sejumlah masalah yang dihadapi Inggris ke depan, berikut perbandingan arah kebijakannya:

Perpajakan

Mantan menteri keuangan Sunak berjanji tetap berpegang pada sejumlah kenaikan pajak baru-baru ini, dalam upaya untuk menyeimbangkan pembukuan menyusul rekor pinjaman pemerintah selama pandemi Covid-19.

Dia mengatakan mengekang inflasi, yang berada pada level tertinggi 40 tahun, adalah prioritasnya dan mengkritik rencana "dongeng" Truss tentang pemotongan pajak.

Menteri Luar Negeri Truss menuduh Sunak menarik Inggris ke ambang resesi, dan bersumpah untuk "mulai memotong pajak sejak hari pertama" termasuk pajak perusahaan yang dibayarkan oleh bisnis.

Dia juga ingin meninjau kembali mandat Bank of England untuk menetapkan suku bunga.

Biaya hidup

Sebagai bendahara negara, Sunak pada Mei menerapkan paket dukungan senilai 15 miliar poundsterling, untuk membantu warga Inggris melalui krisis biaya hidup terburuk dalam beberapa dekade.

Namun, saingan kepemimpinannya mengkritik itu tidak memadai, mengingat harga energi akan melonjak lagi pada Oktober.

Truss sementara itu berjanji untuk menggunakan pertumbuhan ekonomi, yang didorong oleh pemotongan pajak yang dijanjikannya, sebagai cara utama untuk mengatasi krisis.

Brexit

Truss mendukung tetap berada di Uni Eropa dalam referendum Inggris 2016, sebelum secara drastik berpindah haluan dan mendukung Brexit.

Sejak Desember, dia memimpin negosiasi dengan Brussel terkait friksi yang muncul kemudian.

Dia mendorong undang-undang baru yang secara sepihak akan menulis ulang komitmen Inggris pasca-Brexit ke UE atas Irlandia Utara, yang menurut lawannya melanggar hukum internasional.

Sunak, politikus Tory yang sedang naik daun pada 2016, mendukung proposal kontroversial tentang "Protokol Irlandia Utara." Sebagai kanselir, dia juga mempromosikan “pelabuhan yang bebas” di sekitar Inggris sebagai salah satu cara untuk mendapatkan keuntungan dari Brexit.

Imigrasi

Di bawah tekanan untuk mengekang gelombang migran yang melintasi Selat dari Perancis, pemerintah Konservatif mendorong rencana untuk mengirim pencari suaka ke Rwanda, untuk diproses dan dimukimkan kembali.

Kebijakan yang sempat terhenti oleh tindakan hukum ini didukung oleh kedua pasangan calon. Truss menyebutnya "sepenuhnya bermoral".

Tapi Sunak telah menghadapi tuduhan anonim di surat kabar, yang mengklaim dia menentangnya di kabinet terkait biayanya yang mencapai 120 juta poundsterling.

Pertahanan

Sunak menolak untuk menetapkan "target sewenang-wenang" pada pengeluaran militer setelah perang di Ukraina.

Namun dia memandang target NATO -- bagi negara-negara anggota untuk membelanjakan 2,0 persen dari PDB untuk pertahanan -- sebagai "dasar dan bukan batas".

Dia ingin anggaran pertahanan Inggris naik menjadi 2,5 persen dari PDB "dari waktu ke waktu".

Truss di sisi lain, lebih berterus terang, minggu ini dia berkomitmen untuk menghabiskan 3,0 persen untuk anggaran keamanan pada 2030.

Iklim

Sunak berjanji untuk tetap dengan target yang mengikat secara hukum, agar Inggris mengurangi emisi karbon menjadi nol bersih pada 2050.

Dia akan mempertahankan "pungutan hijau" pada tagihan energi, yang dialokasikan untuk membantu sektor terbarukan tumbuh.

Truss berjanji untuk menghapus pungutan, tetapi mengatakan dia berkomitmen untuk target 2050.

Tantangan PM Inggris kedepan

Siapa pun yang menang ketika hasilnya diumumkan pada 5 September akan mewarisi beberapa kondisi ekonomi paling sulit di Inggris dalam beberapa dekade.

Inflasi bergerak menuju 11 persen per tahun, pertumbuhan terhenti, aksi mogok industri meningkat dan pound mendekati posisi terendah dalam sejarah terhadap dolar.

Inggris di bawah Johnson, dan dibantu oleh Truss, juga mengambil garis keras terhadap Brussel dalam negosiasi pasca-Brexit di sekitar Irlandia Utara, menarik tindakan hukum dari Uni Eropa dan mengancam hubungan perdagangan di masa depan.

Jajak pendapat menunjukkan Truss akan mengalahkan Sunak dalam kontes anggota partai, membuka peluang bahwa partai memilih pemimpin yang bukan pilihan paling populer untuk anggota parlemen di Westminster.

Terlepas dari siapa yang menang, Inggris sekarang dijamin mendapatkan perdana menteri kulit berwarna pertamanya atau pemimpin wanita ketiganya.

https://www.kompas.com/global/read/2022/07/21/212900270/dua-kandidat-tersisa-berebut-kursi-pm-inggris-bagaimana-perbedaan-arah

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke