Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu, Ketika Sri Lanka Belum Bangkrut dan Cukup Kaya...

Kompas.com - 11/07/2022, 21:25 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

COLOMBO, KOMPAS.com - Krisis Sri Lanka yang membuat negara bangkrut, demo berjilid-jilid, hingga warga merangsek masuk istana presiden, jauh berbeda dibandingkan situasi sebelumnya.

Dikutip dari kantor berita AFP pada Rabu (6/7/2022), Sri Lanka dulu adalah negara yang cukup kaya.

Sri Lanka dulunya negara berpenghasilan menengah, PDB per kepala sebanding dengan Filipina dan membuat iri India, negara tetangga di Asia Selatan.

Baca juga: Kronologi Pelarian Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa hingga Pendudukan Istana oleh Massa

Sebelum Sri Lanka krisis, hampir semua rumah tangga di ibu kota Colombo mampu membeli gas.

Namun, setelah Sri Lanka bangkrut, warga ramai-ramai beralih ke kayu bakar.

Penebang kayu bernama Selliah Raja (60) mengaku sampai kewalahan memenuhi pesanan yang menumpuk.

"Sebelumnya kami hanya punya satu pelanggan--restoran yang memiliki oven berbahan bakar kayu--tetapi sekarang ada begitu banyak (pembeli), kami tidak dapat memenuhi permintaan," ungkapnya kepada AFP.

Dia menambahkan, pemasok kayunya di provinsi-provinsi menaikkan harga dua kali lipat karena permintaan naik tajam dan biaya transportasi melonjak tinggi.

"Sebelumnya, pemilik tanah membayar kami untuk mencabut pohon karet yang tidak lagi produktif," kata penebang pohon lainnya bernama Sampath Suchhara kepada AFP di desa Nehinna yang ditumbuhi teh dan karet.

"Sekarang, kita harus membayar untuk mendapatkan pohon-pohon ini," lanjutnya.

Baca juga:

Siasat warga setelah Sri Lanka bangkrut

Dampak krisis Sri Lanka bangkrut, antrean warga mengular untuk membeli elpiji di Colombo, 23 Mei 2022.AFP/ISHARA S KODIKARA Dampak krisis Sri Lanka bangkrut, antrean warga mengular untuk membeli elpiji di Colombo, 23 Mei 2022.
Oleh karena Sri Lanka yang dulu relatif kaya tetapi kini menderita krisis ekonomi, warga mulai beralih ke energi alternatif.

Orang-orang yang dulu memasak memakai gas kini beralih ke kayu bakar, dan yang biasanya menggunakan listrik sekarang melirik opsi lain.

Dampak Sri Lanka bangkrut antara lain langkanya BBM dan pemadaman listrik berkepanjangan, karena pemerintah kehabisan dollar untuk mengimpor bahan bakar serta barang-barang pokok lainnya.

Pengusaha bernama Riyad Ismail (51) contohnya. Dia mengungkapkan bahwa permintaan untuk energi alternatif meningkat. Penjualan tungku kayu bakar yang ia ciptakan pada 2008 tiba-tiba melonjak.

Dia memasang kipas listrik bertenaga baterai kecil untuk meniupkan angin ke tungku buatannya guna memastikan pembakaran lebih baik, sehingga mengurangi asap dan jelaga dari pembakaran kayu bakar tradisional.

Baca juga:

Merek produk ciptaannya ada dua, Ezstove untuk kelas atas dan Janalipa yang diproduksi massal. Janalipa menggunakan arang kelapa dan menjamin penghematan minimal 60 persen

Kedua produknya masing-masing berharga 20 dollar AS (Rp 299.500) dan 50 dollar AS (Rp 748.800). Kini dia menjadi penjual besar dan pembeli harus masuk daftar tunggu.

Saking suksesnya, kata Ismail, beberapa tiruan beredar di pasaran.

"Anda akan melihat banyak tiruan desain saya, orang lain ikut-ikutan," ujar Ismail sambil membuat sate ayam.

Baca juga: Sri Lanka Bangkrut, Tarif Listrik Naik 835 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com