Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desakan kepada Pemerintah Sri Lanka Setelah Sang Presiden Mundur

Kompas.com - 10/07/2022, 11:04 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

COLOMBO, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) pada Minggu (10/7/2022), mendesak para pemimpin Sri Lanka bertindak cepat untuk mencari solusi jangka panjang setelah Presiden Gotabaya Rajapaksa diusir dari kediamannya dan mengumumkan pengunduran dirinya.

Saat Presiden Sri Lanka bersiap mundur, AS menyerukan parlemen negara tersebut untuk mengisi situasi ini dengan komitmen kemajuan bangsa, bukan mengutamakan kepentingan satu partai politik.

Seruan AS itu disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Sri Lanka ketika Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengunjungi Thailand.

Baca juga: Saat Warga Sri Lanka Ambil Alih Istana Kepresidenan, Adakan “Pesta” di Kolam Renang dan Dapur Presiden…

"Kami mendesak pemerintah ini atau pemerintah baru yang dipilih secara konstitusional untuk bekerja cepat untuk mengidentifikasi dan menerapkan solusi yang akan mencapai stabilitas ekonomi jangka panjang dan mengatasi ketidakpuasan rakyat Sri Lanka atas kondisi ekonomi yang memburuk, termasuk kekurangan listrik, makanan dan bahan bakar," ungkap Juru Bicara tersebut.

AS memperingatkan Sri Lanka untuk tidak melakukan serangan terhadap pengunjuk rasa atau wartawan.

Di sisi lain, AS juga mengkritik kekerasan yang terjadi pada Sabtu (9/7/2022) ketika massa menyerbu istana kepresidenan Rajapaksa.

"Rakyat Sri Lanka memiliki hak untuk bersuara secara damai, dan kami menyerukan penyelidikan penuh, penangkapan, dan penuntutan siapa pun yang terlibat dalam insiden kekerasan terkait protes," kata juru bicara itu, sebagaimana dikutip AFP.

Rajapaksa memiliki hubungan yang sulit dengan AS atas penolakannya atas tuduhan kejahatan perang di akhir berdarah perang saudara selama beberapa dekade di Sri Lanka dan kemitraan ekonominya yang erat dengan China.

Baca juga: Presiden Sri Lanka Akhirnya Setuju untuk Mengundurkan Diri

Baik AS dan China telah menawarkan dalam beberapa pekan terakhir untuk mendukung pulau yang dulu makmur karena bergulat dengan kekurangan bahan bakar dan makanan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com