Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singapura Konfirmasi Kasus Pertama Penularan Lokal Cacar Monyet

Kompas.com - 07/07/2022, 07:33 WIB
Ericssen,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

SINGAPURA, KOMPAS.com – Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) pada Rabu (6/7/2022) malam waktu setempat mengumumkan, telah menemukan kasus pertama penularan lokal cacar monyet.

Penderita diidentifikasi seorang pria berkewarganegaraan Malaysia yang menetap di "Negeri Singa”.

Pria berusia 45 tahun itu saat ini dirawat inap di National Centre for Infectious Diseases (NCID), rumah sakit di distrik Novena, Singapura Tengah, yang menangani pasien penyakit menular seperti Covid-19 dan cacar monyet.

Baca juga: Cacar Monyet di Eropa Meningkat 3 Kali dalam 2 Pekan, WHO Minta Waspada

Pria yang tidak disebutkan namanya ini mulai tidak sehat pada 30 Juni ditandai dengan ruam di kulit perut bagian bawahnya.

Berselang dua hari kemudian pada 2 Juli, kondisinya melemah dengan gejala rasa lelah luar biasa dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Kondisi pasien cacar monyet Singapura ini memburuk setelah dia mengalami demam dan sakit tenggorokan pada 4 Juli. Dia pun akhirnya memutuskan pergi berobat ke dokter.

Sejumlah tes dilakukan dan hasilnya negatif. Pria itu dirujuk ke NCID dan segera dirawat di ruang isolasi yang akhirnya dikonfirmasi positif cacar monyet. Kondisinya saat ini menurut MOH berada dalam keadaan stabil.

Kementerian Kesehatan Singapura mengambil langkah cepat mengkarantina tiga orang selama 21 hari, yaitu dua yang tinggal serumah dengan pasien dan seorang lagi yang bertemu dengannya.

Pelacakan kontak (contact tracing) sedang dilakukan untuk menelusuri lebih jauh siapa saja yang telah bertemu dengan pasien.

Baca juga: WHO Akan Ganti Nama Cacar Monyet, Ini Alasannya

Penularan cacar monyet di Singapura

Ilustrasi Cacar MonyetShutterstock.com Ilustrasi Cacar Monyet
Kasus infeksi lokal cacar monyet ini berselang dua minggu setelah penemuan kasus impor pada 22 Juni.

MOH memastikan kedua kasus tidak berhubungan sama sekali.

Kasus impor pramugara berkebangsaan Inggris itu adalah kasus impor pertama cacar moyet di Singapura sejak Mei 2019, ketika seorang warga Nigeria positif terjangkit penyakit akibat infeksi virus monkeypox tersebut.

Pramugara berusia 42 tahun itu juga menderita ruam di kulitnya yang disusul dengan demam.
Sejauh ini MOH mengutarakan, warga Singapura tidak perlu cemas karena penularan cacar monyet adalah melalui kontak fisik dekat dalam jangka waktu yang lama.

Mayoritas pasien cacar monyet juga akan sembuh dalam 2 hingga 4 minggu.

Hanya sebagian kecil pasien cacar monyet yang mengalami gejala sangat parah hingga meninggal. Mereka biasanya anak-anak, ibu hamil, dan penderita yang memiliki gangguan kekebalan tubuh.

Baca juga: Singapura Temukan 1 Kasus Impor Cacar Monyet, 13 Orang Dikarantina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com