Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Perang Rusia-Ukraina Disalahkan sebagai Pemicu Krisis Pangan Global?

Kompas.com - 20/06/2022, 19:33 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

Tapi itu berarti bahan makanan bahkan akan lebih jauh dari konsumen yang membutuhkannya.

“Sekarang Anda harus berkeliling Eropa untuk kembali ke Mediterania. Ini benar-benar telah menambah biaya yang luar biasa untuk gandum Ukraina,'' kata Joseph Glauber, peneliti senior di Institut Penelitian Kebijakan Pangan Internasional di Washington.

Ukraina hanya mampu mengekspor 1,5 juta hingga 2 juta ton biji-bijian sebulan sejak perang, turun dari 6 juta ton lebih sebelumnya, menurut Glauber, mantan kepala ekonom di Departemen Pertanian AS.

Biji-bijian Rusia juga tidak keluar. Maslow berpendapat bahwa sanksi Barat terhadap industri perbankan dan pengirimannya membuat Rusia tidak mungkin mengekspor makanan dan pupuk.

Moskwa juga menakut-nakuti perusahaan pelayaran asing untuk membawanya. Pejabat Rusia bersikeras sanksi Rusia atas invasi ke Ukraina harus dicabut untuk membawa gandum ke pasar global.

Namun, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan para pemimpin Barat lainnya mengatakan bahwa sanksi tidak menyentuh sektor pangan.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-116 Serangan Rusia ke Ukraina: Perang Bisa Berlangsung Bertahun-tahun, Sievierodonetsk Digempur Artileri Berat

Siapa yang terdampak paling keras?

Ukraina dan Rusia terutama mengekspor bahan pokok ke negara-negara berkembang yang paling rentan terhadap kenaikan biaya dan kekurangan pasokan.

Negara-negara seperti Somalia, Libya, Lebanon, Mesir dan Sudan sangat bergantung pada gandum, jagung dan minyak bunga matahari dari kedua negara yang bertikai.

"Bebannya dipikul oleh orang-orang yang sangat miskin," kata Glauber. "Itu adalah krisis kemanusiaan, tidak diragukan lagi."

Selain ancaman kelaparan, kenaikan harga pangan berisiko menimbulkan ketidakstabilan politik di negara-negara tersebut. Itu adalah salah satu penyebab Musim Semi Arab, dan ada kekhawatiran hal itu mungkin terulang kembali.

Menurutnya, pemerintah negara berkembang harus membiarkan harga pangan naik atau mensubsidi biaya.

Negara yang cukup makmur seperti Mesir, pengimpor gandum terbesar di dunia, masih mampu untuk menyerap biaya makanan yang lebih tinggi.

Sementara “untuk negara-negara miskin seperti Yaman atau negara-negara di bagian Tanduk Afrika – mereka benar-benar akan membutuhkan bantuan kemanusiaan,” kata Glauber.

Baca juga: Puluhan Miliarder Baru Muncul dari Sektor Pangan Dunia Hanya dalam 24 Bulan, Apa Penyebabnya?

Kelaparan hingga taraf akut mengintai bagian Afrika itu. Harga bahan pokok seperti gandum dan minyak goreng dalam beberapa kasus naik lebih dari dua kali lipat. Sementara jutaan ternak yang digunakan keluarga untuk memenuhi kebutuhan susu dan daging mati.

Di Sudan dan Yaman, dampak perang Rusia-Ukraina muncul menimpali krisis domestik selama bertahun-tahun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com