Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rohingya di Bangladesh Minta Dipulangkan: Pengungsi seperti Hidup di Neraka

Kompas.com - 20/06/2022, 13:32 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

DHAKA, KOMPAS.com - Puluhan ribu pengungsi Rohingya di Bangladesh melakukan demonstrasi menuntut pemulangan kembali ke Myanmar, tempat mereka melarikan diri dari penumpasan brutal militer Myanmar lima tahun lalu.

Pawai dan rapat umum secara simultan diizinkan diadakan pada Minggu (19/6/2022), sehari sebelum Hari Pengungsi Sedunia, meskipun ada larangan rapat umum sejak protes 100.000 orang pada Agustus 2019.

Baca juga: Ratusan Warga Rohingya Kabur dari Pusat Penahanan Malaysia, 6 Orang Tewas

Kampanye “Bari Cholo” (Ayo Pulang) melibatkan 23 kamp Rohingya, 21 di Ukhiam dan dua di Teknaf Upazila, kata seorang pejabat pemerintah kepada surat kabar Bangladesh The Daily Star.

Hampir satu juta orang Rohingya terkurung di gubuk bambu dan terpal di 34 kamp kumuh di bagian tenggara negara itu, tanpa pekerjaan, sanitasi yang buruk, dan sedikit akses ke pendidikan.

“Kami tidak ingin tinggal di kamp. Menjadi pengungsi memang tidak mudah. Ini neraka. Cukup sudah cukup. Ayo pulang,” kata pemimpin komunitas Rohingya Sayed Ullah dalam pidatonya di satu rapat umum, sebagaimana dilansir Al Jazeera.

Polisi mengatakan, ribuan pengungsi, termasuk anak-anak, bergabung dalam pawai. Mereka berdiri di jalan dan gang dengan plakat bertuliskan “Cukup sudah! Mari kita pulang".

Seorang janda yang tinggal di kamp Rohingya di Ukhia, yang mengidentifikasi dirinya sebagai Rabeya, mengatakan, komunitasnya berterima kasih kepada Bangladesh atas keramahannya.

“Namun, kami ingin kembali ke tanah air kami. Kami ingin kembali ke tempat kelahiran kami sesegera mungkin,” katanya.

Baca juga: Siapa Rohingya dan Sejarah di Myanmar

Upaya repatriasi sebelumnya telah gagal, karena Rohingya menolak untuk pulang sampai Myanmar memberikan jaminan hak dan keamanan kepada minoritas Muslim.

Penyelidik dari misi pencari fakta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), terkait pembunuhan dan eksodus massal paksa Muslim Rohingya di Myanmar, menyimpulkan pada 2018 bahwa penyelidikan dan penuntutan kriminal diperlukan terhadap jenderal-jenderal Myanmar atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida.

Di bawah panji “operasi pembersihan”, komunitas Rohingya diserang.

Human Rights Watch melaporkan, setidaknya 200 desa Rohingya dihancurkan dan dibakar oleh militer, dan diperkirakan 13.000 orang Rohingya terbunuh.

Lebih dari 890.000 pengungsi Rohingya berlindung di wilayah Cox's Bazar Bangladesh, kelompok kamp pengungsi terbesar di dunia.

Sekitar 92.000 pengungsi Rohingya tinggal di Thailand, 21.000 di India, dan 102.000 di Malaysia. Rohingya juga merupakan bagian dari 576.000 pengungsi internal Myanmar.

Baca juga: Rohingya Sambut Baik AS Tetapkan Militer Myanmar Lakukan Genosida, tapi...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com