Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dubes Ukraina Sebut Rusia Tak Mampu Bernegosiasi

Kompas.com - 09/06/2022, 18:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin mengatakan, negosiasi akan segera dimulai setelah Rusia kalah perang di Ukraina.

Dalam jumpa pers secara daring pada Rabu (8/6/2022), Hamianin mengatakan bahwa Ukraina telah menginginkan negosiasi dengan Rusia sejak perang dimulai.

Namun, dia menuturkan, perang yang telah berlarut-larut selama lebih dari 100 hari adalah bukti bahwa Rusia tidak mampu bernegosiasi.

Baca juga: Ukraina Terkini: Artileri Baru dari Barat Tiba, Pasukan di Selatan Yakin Bisa Kembali Rebut Wilayah

“Dalam 104 hari, Rusia tidak satu hari pun berhenti membombardir kota-kota kami, tak berhenti membunuh warga sipil kami. Saya tidak ragu bahwa Rusia tidak mampu bernegosiasi,” kata Hamianin.

Negosiasi akan langsung dimulai setelah Rusia kalah dalam perang ini,” sambung Hamianin.

Dia menambahkan, ada dua opsi perang di Ukraina akan berakhir.

Pertama, Pemerintah Rusia menarik seluruh pasukannya dari Ukraina. Kedua, Rusia akan kalah oleh pasukan Ukraina.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-105 Serangan Rusia ke Ukraina, Severodonetsk Terancam Jadi Mariupol Berikutnya, Dunia Rasakan Dampak Perang

“Jika sebuah negara menyerang negara lain dan tidak mampu membicarakan perdamaian, maka sayangnya, itu (perang) akan berlangsung lebih lama,” ujar Hamianin.

“Itu (perang) akan menyebabkan lebih banyak kerusakan pada Ukraina dan dunia dalam hal keamanan nuklir, ketahanan energi, dan ketahanan pangan,” lanjut Hamianin.

Pada akhir Mei, Perancis dan Jerman mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk melakukan negosiasi langsung yang serius dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Desakan itu disampaikan Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz kepada Putin guna mencapai solusi diplomatik untuk perang di Ukraina.

Baca juga: Ukraina Sebut Lukashenko Minion-nya Putin, Ogah Ekspor Gandum Lewat Belarus

Kantor Kanselir Jeman mengatakan, Macron dan Scholz mendesak Putin selama panggilan telepon antara ketiga pemimpin tersebut.

Macron dan Scholz juga mendesak gencatan senjata secepatnya dan penarikan pasukan Rusia, kata Kantor Kanselir Jeman.

Sedangkan menurut Kremlin, Putin mengatakan kepada Macron dan Scholz bahwa meningkatkan peralatan militer ke Ukraina justru semakin memenaskan konflik.

Kremlin menambahkan, Rusia terbuka untuk melanjutkan negosiasi dengan Kyiv, sebagaimana dilansir Fox News.

Baca juga: Dituding Jadi Penyebab Krisis Pangan Global, Rusia Bahas Koridor Pangan dari Ukraina dengan Turki

Sementara itu, Zelensky mengatakan, dia hanya ingin bertemu Putin untuk membahas bagaimana mengakhiri perang.

Hal itu Zelensky sampaikan melalui video kepada audiens di Forum Ekonomi Dunia di Davos.

"Presiden Federasi Rusia yang memutuskan semuanya," kata Zelensky melalui penerjemah. "Jika kita berbicara tentang mengakhiri perang ini tanpa dia secara pribadi, keputusan itu tidak dapat diambil," ujarnya dikutip dari Reuters.

Baca juga: Dubes Ukraina Syok Dengar Pernyataan Edy soal Invasi Rusia ke Ukraina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com