KYIV, KOMPAS.com - Memasuki hari ke-105 serangan Rusia ke Ukraina, citra satelit dari Maxar Technologies menunjukkan kerusakan signifikan di Sievierodonetsk dan Rubizhne di dekatnya.
Meski begitu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, mengatakan dia “tidak dapat melihat prasyarat untuk mengakhiri perang” dalam sebuah wawancara dengan Financial Times.
Kemenangan berarti memulihkan “semua” wilayah Ukraina, termasuk Krimea – yang dianeksasi oleh Rusia pada 2014 – dan wilayah yang dikuasai separatis, sarannya.
“Kita harus mencapai masa sebelum pendudukan penuh dari seluruh wilayah kita,” katanya.
Sementara itu, Norwegia telah menyumbangkan 22 howitzer self-propelled ke Ukraina, termasuk suku cadang, amunisi dan perlengkapan lainnya, kata kementerian pertahanan Norwegia.
Berikut rangkuman hari ke-105 serangan Rusia ke Ukraina yang berhasil terangkum.
Pasukan Ukraina sedang mempertimbangkan untuk mundur taktis dari kota timur Severodonetsk, yang diserang "24 jam sehari" oleh pasukan Rusia.
"Ada kemungkinan bahwa kita harus mundur" ke posisi yang lebih kokoh, kata gubernur regional Sergiy Gaiday dalam sebuah wawancara di saluran televisi 1+1.
Namun dia bersumpah tidak menyerah di salah satu pusat perlawanan besar terakhir terhadap kekuasaan Rusia di wilayah Lugansk, Donbas.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan pasukannya telah "membebaskan sepenuhnya" semua daerah pemukiman, tetapi belum menguasai zona industri Severodonetsk.
Rusia mengklaim telah menembak jatuh dua pesawat MiG-29 dan sebuah helikopter Mi-8 di wilayah Mykolaiv, dan juga 11 drone tak berawak dalam 24 jam terakhir.
Baca juga: Dituding Jadi Penyebab Krisis Pangan Global, Rusia Bahas Koridor Pangan dari Ukraina dengan Turki
Sekitar 800 warga sipil yang terperangkap dalam pertempuran telah mengungsi di pabrik kimia Azot, menurut pengacara seorang taipan Ukraina yang perusahaannya memiliki fasilitas tersebut.
Pengacara Dmytro Firtash menggambarkan skenario yang mirip dengan kota pelabuhan Mariupol, di mana ratusan warga sipil bersembunyi selama berminggu-minggu di pabrik baja raksasa bersama pasukan Ukraina.
Pengacara mengatakan mereka yang berada di dalam pabrik termasuk sekitar 200 karyawan, yang tetap tinggal untuk mengamankan "bahan kimia yang sangat mudah meledak", serta 600 penduduk kota.
Pihak berwenang Ukraina belum mengonfirmasi laporan tersebut.
Baca juga: Bank Dunia Setujui Bantuan Tambahan Rp 21,69 Triliun untuk Ukraina