Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rangkuman Hari Ke-105 Serangan Rusia ke Ukraina, Severodonetsk Terancam Jadi Mariupol Berikutnya, Dunia Rasakan Dampak Perang

Kompas.com - 09/06/2022, 06:49 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

KYIV, KOMPAS.com - Memasuki hari ke-105 serangan Rusia ke Ukraina, citra satelit dari Maxar Technologies menunjukkan kerusakan signifikan di Sievierodonetsk dan Rubizhne di dekatnya.

Meski begitu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, mengatakan dia “tidak dapat melihat prasyarat untuk mengakhiri perang” dalam sebuah wawancara dengan Financial Times.

Baca juga: POPULER GLOBAL: Protes Netizen Malaysia Soal Masakan Terbaik di Dunia | Tentara Rusia Keluhkan Kondisi Perang

Kemenangan berarti memulihkan “semua” wilayah Ukraina, termasuk Krimea – yang dianeksasi oleh Rusia pada 2014 – dan wilayah yang dikuasai separatis, sarannya.

“Kita harus mencapai masa sebelum pendudukan penuh dari seluruh wilayah kita,” katanya.

Sementara itu, Norwegia telah menyumbangkan 22 howitzer self-propelled ke Ukraina, termasuk suku cadang, amunisi dan perlengkapan lainnya, kata kementerian pertahanan Norwegia.

Berikut rangkuman hari ke-105 serangan Rusia ke Ukraina yang berhasil terangkum.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-104 Serangan Rusia ke Ukraina, Pertempuran di Kota Severodonetsk Memanas, Bank Dunia Peringatkan Stagflasi

Pertempuran di Severodonetsk

Pasukan Ukraina sedang mempertimbangkan untuk mundur taktis dari kota timur Severodonetsk, yang diserang "24 jam sehari" oleh pasukan Rusia.

"Ada kemungkinan bahwa kita harus mundur" ke posisi yang lebih kokoh, kata gubernur regional Sergiy Gaiday dalam sebuah wawancara di saluran televisi 1+1.

Namun dia bersumpah tidak menyerah di salah satu pusat perlawanan besar terakhir terhadap kekuasaan Rusia di wilayah Lugansk, Donbas.

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan pasukannya telah "membebaskan sepenuhnya" semua daerah pemukiman, tetapi belum menguasai zona industri Severodonetsk.

Rusia mengklaim telah menembak jatuh dua pesawat MiG-29 dan sebuah helikopter Mi-8 di wilayah Mykolaiv, dan juga 11 drone tak berawak dalam 24 jam terakhir.

Baca juga: Dituding Jadi Penyebab Krisis Pangan Global, Rusia Bahas Koridor Pangan dari Ukraina dengan Turki

Ratusan bersembunyi di pabrik kimia

Sekitar 800 warga sipil yang terperangkap dalam pertempuran telah mengungsi di pabrik kimia Azot, menurut pengacara seorang taipan Ukraina yang perusahaannya memiliki fasilitas tersebut.

Pengacara Dmytro Firtash menggambarkan skenario yang mirip dengan kota pelabuhan Mariupol, di mana ratusan warga sipil bersembunyi selama berminggu-minggu di pabrik baja raksasa bersama pasukan Ukraina.

Pengacara mengatakan mereka yang berada di dalam pabrik termasuk sekitar 200 karyawan, yang tetap tinggal untuk mengamankan "bahan kimia yang sangat mudah meledak", serta 600 penduduk kota.

Pihak berwenang Ukraina belum mengonfirmasi laporan tersebut.

Baca juga: Bank Dunia Setujui Bantuan Tambahan Rp 21,69 Triliun untuk Ukraina

“Buku Algojo” Ukraina

Ukraina meluncurkan "Buku Algojo", sebuah sistem untuk mengumpulkan bukti kejahatan perang yang menurut Kyiv dilakukan selama pendudukan Rusia, kata Zelenskiy kemarin.

Ukraina telah mengajukan delapan kasus kejahatan perang lagi ke pengadilan selain tiga hukuman yang telah dijatuhkan kepada tentara Rusia, menurut jaksa agungnya, Iryna Venediktova.

Militer Ukraina mengonfirmasi bahwa Rusia telah menyerahkan mayat 210 pejuang Ukraina ke Kyiv. Sebagian besar tewas dalam mempertahankan kota Mariupol dari pasukan Rusia di pabrik baja yang luas.

Pertukaran itu terjadi di garis depan di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina tenggara, kata kementerian itu.

Prajurit Ukraina yang terluka menunggu perawatan medis, di wilayah Donetsk, Ukraina timur, Selasa, 7 Juni 2022. AP PHOTO/BERNAT ARMANGUE Prajurit Ukraina yang terluka menunggu perawatan medis, di wilayah Donetsk, Ukraina timur, Selasa, 7 Juni 2022.

Baca juga: Lebih dari 1.000 Tentara Ukraina yang Menyerah di Mariupol Dipindahkan ke Rusia, untuk Apa?

Rencana referendum di Zaporizhzhia

Pejabat Rusia di bagian yang diduduki dari wilayah Zaporizhzhia Ukraina dilaporkan berencana untuk mengadakan referendum akhir tahun ini untuk bergabung dengan Rusia.

Seorang pejabat yang didukung Kremlin, Vladimir Rogov, dikutip oleh kantor berita milik negara Rusia Tass mengatakan: “Rakyat akan menentukan masa depan wilayah Zaporizhzhia. Kata-kata dari referendum akan disajikan dalam waktu dekat. Sebagian besar penduduk di wilayah kami ingin kembali ke pelabuhan asal mereka sesegera mungkin dan menjadi bagian dari Rusia yang lebih besar.”

Ukraina mengatakan setiap referendum yang diadakan di bawah pendudukan Rusia akan ilegal dan hasilnya curang.

Baca juga: Tentara Rusia Keluhkan Kondisi di Medan Perang: Lelah, Tak Ada Bantuan Medis dan Makanan

Blokade ekspor biji-bijian Ukraina

Menteri Luar Negeri Italia Luigi Di Maio memperingatkan bahwa "jutaan" orang bisa mati kelaparan, jika Rusia tidak membuka blokir ekspor gandum Ukraina untuk mengurangi kekurangan pasokan global.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu sementara itu mendukung seruan Rusia untuk mencabut sanksi atas ekspor pertanian negara itu, dengan imbalan membuka blokir pelabuhan Laut Hitam Ukraina.

Seperti Ukraina, Rusia adalah pemasok gandum utama, tetapi ekspornya terkena sanksi.

Pada konferensi pers dengan timpalannya dari Rusia Sergei Lavrov, Cavusoglu mengatakan permintaan Moskwa untuk "menghilangkan hambatan yang menghalangi ekspor Rusia" adalah "sah".

Lavrov mengatakan Rusia siap bekerja sama dengan Turki untuk mengawal kapal ke tempat yang aman, tetapi Ukraina perlu membersihkan ranjau di pelabuhannya terlebih dahulu -- permintaan yang ditolak Kyiv, mengutip ancaman dari angkatan laut Rusia.

Seorang juru bicara pihak berwenang di Odessa, Sergiy Bratchuk, memperingatkan "saat kami membuka akses ke pelabuhan Odessa, armada Rusia akan berada di sana".

Baca juga: Putin Beri Santunan Rp1,17 Miliar Keluarga dari Tentara Rusia yang Tewas di Ukraina

Merkel membela warisan relasi dengan Rusia

Mantan kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan dia "tidak perlu meminta maaf" karena kebijakannya selama bertahun-tahun untuk menahan Presiden Rusia Vladimir Putin mendapat kecaman.

"Diplomasi tidak salah hanya karena tidak berhasil," kata wanita berusia 67 tahun itu dalam wawancara besar pertamanya sejak mengundurkan diri enam bulan lalu, yang disiarkan di saluran berita Phoenix.

Ekonomi global terpuruk

OECD memangkas perkiraan pertumbuhan global dan memprediksi lonjakan inflasi yang disebabkan oleh perang di Ukraina.

Badan yang berbasis di Paris itu memperkirakan PDB global akan tumbuh tiga persen, turun dari 4,5 persen yang diperkirakan pada Desember. Sementara itu inflasi di 38 negara anggotanya akan mencapai 8,5 persen, level tertinggi sejak 1988.

"Dunia akan membayar harga yang mahal untuk perang Rusia melawan Ukraina," kata kepala ekonom OECD Laurence Boone.

Dia berkata: “Karena Rusia dan Ukraina adalah eksportir komoditas besar, perang telah membuat harga energi dan pangan melonjak, membuat hidup lebih sulit bagi banyak orang di seluruh dunia.”

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-103 Serangan Rusia ke Ukraina, Kemunduran di Severodonetsk, Lavrov Batal ke Serbia

Ukraina tidak akan dapat mengekspor lebih dari 2 juta ton biji-bijian per bulan, sekitar sepertiga dari tingkat sebelum perang, selama rute perdagangan utamanya melalui pelabuhan Laut Hitamnya tetap diblokade oleh Rusia.

Uni Eropa pun dinilai perlu membangun gudang dan memperluas rel kereta api melintasi perbatasan Ukraina, untuk membantu Kyiv dalam upayanya memindahkan lebih banyak biji-bijian ke luar negeri kepada mereka yang membutuhkannya, kata perwakilan perdagangan negara itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com