KYIV, KOMPAS.com - Hari ke-103 invasi Rusia ke Ukraina pada Senin (6/6/2022) diwarnai dengan pertempuran sengit di Severodonetsk.
Sementara itu, Inggris akan mengirim sistem rudal jarak jauh ke Ukraina dan Menteri Luar Negeri Rusia batal mengunjungi Serbia karena wilayah udara negara-negara tetangga ditutup.
Pada hari itu juga Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengunjungi garis depan pertempuran di timur, dan serangan kembali terjadi di Kyiv setelah sempat tenang.
Baca juga: Rusia Bombardir Kyiv dengan Rudal, Diluncurkan dari Laut Kaspia
Dikutip dari AFP, berikut adalah rangkuman hari ke-103 perang Rusia Ukraina.
Pasukan Ukraina mengalami kemunduran setelah merebut kembali sebagian kota Severodonetsk di timur dari pasukan Rusia, kata pejabat setempat.
"Pertempuran sangat sengit di Severodonetsk," kata Sergiy Gaiday gubernur regional Luhansk kepada televisi 1+1 Ukraina.
"Pembela kami berhasil melakukan serangan balik dan membebaskan separuh kota, tetapi situasinya memburuk bagi kami."
Sebelumnya, Gaiday mengatakan bahwa pasukan Ukraina membuat kemajuan di sana dan menguasai separuh kota.
Kementerian Pertahanan Inggris menyatakan bahwa London sudah berkoordinasi erat dengan Washington mengenai pemberian sistem roket multi-peluncur.
Peluncur M270 yang dapat menyerang target hingga 80 kilometer jauhnya dengan roket berpemandu presisi, akan menawarkan peningkatan signifikan dalam kemampuan pasukan Ukraina, tambah Kemenhan Inggris.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov memperingatkan, Moskwa akan menanggapi pasokan senjata jarak jauh Barat ke Ukraina dengan meningkatkan upaya mendorong pasukan Kyiv keluar lebih jauh dari perbatasannya.
Baca juga:
Lavrov harus membatalkan kunjungan ke Serbia setelah beberapa negara tetangga Rusia melarang pesawatnya melewati wilayah udara mereka, kata para pejabat.
Bulgaria, Makedonia, dan Montenegro menolak permintaan Rusia agar pesawat Lavrov melewati wilayah udara mereka dalam perjalanan ke Serbia. Perilaku itu digambarkan Lavrov sebagai keterlaluan.
"Hal yang tak terpikirkan telah terjadi," kata Lavrov dalam konferensi pers online di Moskwa. "Ini adalah perampasan hak negara berdaulat untuk menjalankan kebijakan luar negeri."