Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Rusia Sebut Peristiwa di Ukraina Operasi Militer Khusus, Bukan Perang

Kompas.com - 03/06/2022, 18:30 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber TASS

MOSKWA, KOMPAS.com – Rusia menekankan lagi bahwa tindakannya di Ukraina bukan perang, melainkan operasi militer khusus.

Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, menjelaskan alasannya.

Menurut dia, tindakan Rusia di Ukraina adalah operasi khusus, bukan perang, karena target pasukannya terbatas pada fasilitas dan obyek militer.

Baca juga: Zelensky: Rusia Kuasai 20 Persen Wilayah Ukraina, Setara Gabungan 3 Negara

“Itu memang operasi militer khusus. Peristiwa di sana ditegakkan menurut skenario tertentu,” kata Medvedev dalam sebuah wawancara dengan televisi Al Jazeera Qatar.

Dia menjelaskan, Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengatakan bahwa Rusia memiliki dua tujuan yang harus dicapai.

Tujuan pertama adalah untuk membela penduduk republik rakyat Donetsk dan Luhansk yang banyak dari mereka adalah warga negara Rusia.

“Ada sekitar satu juta dari mereka,” kata Medvedev, dilansir dari Kantor Berita Rusia, TASS, Jumat (3/6/2022).

Tujuan kedua adalah untuk menghancurkan mekanisme militeris dan denazifikasi daerah-daerah di Ukraina.

“Atau dengan kata lain, untuk memastikan bahwa tidak ada neo-Nazi yang mempromosikan agenda anti-Rusia, Russophobia di sana. Itulah sebabnya target operasi ini terbatas,” ungkap dia.

Baca juga: Pandemi Covid-19 dan Invasi Rusia ke Ukraina Jadi Momentum Uni Eropa Genjot Energi Terbarukan

Medvedev melanjutkan, operasi militer khusus Rusia sebagian besar melibatkan penggunaan senjata presisi tinggi dengan menyasar fasilitas militer di Ukraina untuk dihancurkan.

"Pasukan Rusia berusaha meminimalkan ancaman terhadap fasilitas sipil. Kami mencoba bertindak dengan cara yang hanya akan memengaruhi angkatan bersenjata Ukraina. Itulah sebabnya tindakan pasukan kami disebut operasi militer khusus," beber Medvedev.

Tanggapan terkait respons Barat

Medvedev menyampaikan, Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya telah mendeklarasikan apa yang disebut sebagai perang proksi terhadap Rusia, yang berarti memasok sejumlah besar persenjataan ke Ukraina.

“Mereka mencoba untuk mendorong suasana militeristik, histeria militeristik, untuk membuat Ukraina bertarung dengan Rusia sampai Ukraina terakhir yang tersisa, bisa dikatakan begitu. Untuk alasan yang jelas, baik AS maupun Eropa tidak mengalami kerugian dalam situasi ini," tuding dia.

Baca juga: China Larang Pesawat Curian Rusia Terbang di Wilayahnya

Medvedev mengatakan, Ukraina yang menanggung kerugian.

“6 juta orang telah meninggalkan Ukraina, dan negara-negara itu memikul tanggung jawab yang nyata atas apa yang telah terjadi," tambah Medvedev.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com